Minggu, 01 Juli 2018

Merubah Konsep Menuju Mall Millenial



Mahasiswa bertanya mengenai situasi mall saat ini yang makin lama makin sepi dan saat ini kaum millenial makin jarang yang masuk mall. 
Pertanyaannya, bagaimana agar Mall saat ini bisa tetap menarik buat generasi millenial untuk datang? Apakah bisa merubah konsep mall yang ada saat ini ke arah mall yang milenial oriented?

Mall Service saat ini dibagi dalam beberapa grade. Mulai dari grade A sampai C dan plaza. Biasanya yang disebut mall memiliki persyaratan luasan area bisnis efektif minimal, area public dan traffic pengunjung mall, sekian lot parkiran baik indoor maupun outdoor. Beberapa mall juga dilengkapi area hiburan outdoor seperti waterboom dan kolam renang. Pasti harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti mushola, bank, fitnes. Beberapa mall besar terkoneksi dengan apartment atau perkantoran di lantai atasnya, bahkan ada yang langsung terhubung dengan sarana transportasi public seperti busway dan kereta listrik. Bisa juga thematic peruntukannya ada yang sangat spesific, misal mall fashion atau mall electronic/IT, atau hanya food market mall, dll. Bisa juga jika gedung mall cukup luas dan terdiri dari beberapa lantai maka zoning spesific ini dibagi bagi per lantai. Ada lantai fashion, lantai electronic IT dll, lantai kuliner/fnb dan biasanya di top floor ada zona entertainment. Jadi rasanya tidak ada rumusan baku mengenai bagaimana harusnya performance sebuah mall. Tergantung bagaimana perencanaan dari owner menyangkut luasan area tersedia, konsep bisnis dari  developer dan apa tujuan dari didirikannya mall tsb di kawasan tsb. Stand alone , terintegrasi dengan bangunan diatasnya atau terkoneksi dengan fungsi kawasan.

Saat ini investasi di Mall sangat besar sekali, maka konsep Mall harus sangat direncanakan dengan tepat dan bahkan developmentnya harus sustainable untuk menjangkau berbagai perubahan trend segmen pasar. Tapi perilaku konsumen juga sedang berubah. Banyak Mall mulai sepi pengunjung. Gen milenial lebih ramai kumpul di cafe cafe gaul, komunitas hobby dan belanja via online.  Banyak yang mulai menghindari mall untuk tempat kongkow. Terutama mall yang banyak mengusung tenant luxurious brand, gaya hidup kelas tinggi, sudah tidak ramai lagi pengunjungnya. Masyarakat kebanyakan mulai lebih menghargai experience life style dibanding high end life style. Ini mau tidak mau juga mempengaruhi motivasi orang berkunjung ke mall.

Untuk merencanakan mall segmen milenial, kadang tidak perlu mall yang sangat besar dan luas, tapi cukup plaza atau ukuran menengah tapi dipenuhi dengan berbagai fasilitas dan fitur yang support dan tepat demand juga trend untuk men-target segmen milenial datang berkunjung. Persoalannya bagi pebisnis, apakah segmen milenial ini benar bisa jadi penghasil omzet yang profitable bagi bisnis mall? Mengingat segmen milenial kebanyakan masih belum menghasilkan pendapatan yang sudah mapan dan stabil, yang memungkinkan mereka membelanjakan sejumlah uang besar secara kontinu yang selalu diinginkan oleh pengusaha mall dan para tenant yang invest di mall tsb.

Karena bagi pengusaha, mau direncanakan bagaimanapun tetap tujuan akhirnya adalah pengembalian investasi yang cepat agar cepat mendapatkan profit di periode kelola berikutnya. Sedangkan generasi milenial saat ini mengalami perubahan trend perilaku dibanding generasi sebelumnya. Saat ini mereka lebih senang mencari experience, pengalaman hidup bersama kawan kawan, travelling juga wisata aneka kuliner, dibanding membeli barang barang konsumsi semacam fashion branded. Yang paling sering dibeli justru gadget, travelling, menu menu baru yang gaul dan terjangkau dan item produk golongan hobby dan teknologi.

Merubah mall yang sudah ada dengan konsep baru untuk mengantisipasi berubahnya demand pasar dan trend perilaku nge-mall masyarakat bukan hal yang mudah. Berubah konsep, maka bisa jadi harus merubah layout, zoning, fasilitas dominan dan support, bahkan prioritas parkiran dan jalur akses kendaraan. Butuh milyaran juga untuk merubah konsep dan terapannya secara fisik, belum dilanjutkan dengan merubah brand extention, re-branding, cara komunikasi dan bahkan merubah tenat tenant yang sudah occupied.

Generasi milenial senang datang bergrup grup. Mungkin 1 grup minimum 5-10 orang sekali jalan bersama. Perilaku sedikit sedikit selfie, apapa apa harus masuk sosmed, sangat menguntungkan bagi produsen atau sebuah usaha untuk melibatkan konsumen untuk mem-viralkan produk/jasanya melalui gadget dan jaringan sosmed pertemanannya. Hal hal tsb yang akan didapat sebagai benefit extra adalah traffic dan volume pengunjung, jika bukan dari volume transaksi. Maka yang bisa relevan dengan volume pengunjung, misalnya mall jenis ini akan jadi spot yang sempurna untuk pemasangan iklan produk atau pameran produk segmen generasi milenial. Ada spot spot di mall yang dibuat oleh produsen atau sebuah usaha agar dibuat instagramable agar layak foto. Pihak produsen juga bisa nego dengan pengelola mall untuk menyewa space display  iklan komersial di area mall. Pihak mall harus menata seluruh area dinding, tiang kolom, escalator, lift, area mall, toilet, parkiran, jika mungkin ceiling. Intinya setiap inci dari mall harus begitu menarik dan bisa memancing generasi milenial datang menikmati suasana, selfie dan mengaktualisasikan dirinya inline dengan apa yang sudah disiapkan di mall. Bisa saja pemasukan mall gen milenial ini didapat dari tiket masuk mall yang sudah seperti wahana entertainment ini. Tidak usah tiket harga mahal, tapi murah saja karena juga akan dikali unit tiket terjual dan frekuensi per harinya kepada pengunjung. Pemasukan mall lain dari iklan iklan yang dipasang oleh banyak produsen atau brand usaha dalam bentuk paket dekorasi interior yang disewakan per spot secara lebih artistik dan instagramable. Manajemen Mall juga tidak perlu mengalokasikan budget renovasi terlalu besar lagi karena biaya ditanggung oleh klien/ mitra vendor pemasang iklan.

Secara praktis dan singkat saja, hal hal yang harus dirubah dari sebuah ( misalnya ) mall grade A atau B ke mall spesific segmen generasi milenia, mungkin bisa dilakukan sbb: 
1. Harus down-grade dari all aspect /classnya. Kesan beda bisa  mulai dari nuansa/image design interiornya. Lebih berwarna, mungkin menggunakan mural 3D, lebih banyak lampu warna, backsound musicnya beda
2. Pangsa anak muda 75% pengendara motor, sediakan area parkirnya yang lebih luas, nyaman, tidak terpanggang panas matahari atau kehujanan dan lampu terang sampai malam.
3. Konsep food entertainment: foodcourt dengan set kursi meja makan bersama dan dikelilingi konter konter jual dan masak pertunjukan aneka menu yang gaul dan familiar di kalangan anak muda
4. Harga sewa konter lantai gen milenial ini harus lebih murah daripada di lantai  bawahnya yang masih berkonsep existing. Atau luasan konter sewanya jauh lebih kecil karena hanya area produksi atau area display saja, jadi tidak dibebankan tenant ke harga menu atau produk. Jadi gen milenial ini bisa makan di mall dengan pilihan menu ringan jauh lebih banyak, lebih lengkap tapi juga dengan harga yang lebih terjangkau harga beli per porsi menunya
5. Ada panggung performance di beberapa spot. Mall gen milenial haris aktif dengan acara anak muda. Semacam festival music atau bazar yang ikut melibatkan penontonnya sendiri. Acara panggungnya khas anak muda: live music, accoustic performace, standup comedy, layar tancap, bedah buku, gathering komunitas hobby, seminar, dll. Jika perlu siapakan zona khusus gratis sewa yang bisa digunakan grup/kelompok/sekolah/komunitas secara kalender event.
6. Perbanyak spot spot foto selfie yang instagramable agar lantai lantai mall yang dirubah konsepnya cepat diaware via medsos
7. Mushola tersedia di setiap  lantai dibuat di area lebih luas. Bagusnya generasi milenial saat ini lebih gaul tapi sekaligus lebih relegius.
8. Ada zona display case utk produk produk offline, hanya konter kecil 150 x 70 pajangan produk sample dalam kaca transparant. Dengan informasi atau kartu nama kontak langsung. Diganti ganti produknya per periode. Jika perlu dilengkapi dengan monitor touchscreen agar konsumen bisa meng-explore sendiri indormasi via IT yang disediakan di tiap unit display showcase. Display showcase ini berderet di sepanjang zona ini. Konter konter display / showcase display produk yang hanya berukuran kecil hanya untuk mendisplay produk non sales, harus lebih dominan dibanding konter sales yang berukuran lebih luas. Ini untuk produk produk yang dijual via internet/ on-line. Jadi  konter display showcasenya tidak usah pake  penjaga toko/wiraniaga. Cuma display saja dan keterangan tertulis peminat bisa klik IG, website atau facebook kontak WA ke mana atau bisa dicek di channel marketplace apa. Konter konter showcase displaynya di layout berjajar di zona khusus spt hall exhibition.  Bisa ada minimal 100 unit konter showcase display berbeda produk. Jadi Mall generasi milenial ini akan jadi pusat display produk pasar semua produk online di Indonesia
9. Ada lantai di paling atas, bersamaan dengan zona entertainment, hanya menjual produk dan accesories khas anak muda. Brand local dan populer karena price affordable. Jika perlu produk produk dari UMKM  Tidak ada produk produk  brand international
10. Jika perlu setiap escalator ke setiap lantai sdh mulai ada informasi khusus dgn brand thematic setiap lantai. Pembedaan brand tiap lantai ini akan membedakan dengan jelas zoning peruntukan atau thematic, diikuti oleh perubahan color, konsep dan karakter all interior mall dan tenant
11. Nuansa interior dibuat dari komponen artistic painting mural,  potongan kaca kaca warna kompilasi, efek lampu laser kombinasi warna, lebih banyak ornamen/accesories gantung juga artificial plant & flowers.
12. Untuk brand awareness  yang baru ini, PR mall bisa  menggunakan brand ambassador idola idol anak muda untuk acara press con launching film anak muda, album music band/penyanyi muda, gathering dengan tokoh tokoh muda panutan/teladan, mengundang kampus kampus se Jakarta secara bergiliran (dijemput bus khusus) agar segera diaware secepat mungkin oleh setiap anak muda yang hadir
13. Kalau perlu securitynya juga beda seragamnya dari security tiap lantai. Lebih bermotif seragamnya tidak terkesan seram.  Pakai seragam seperti polisi hutan dengan sepatu gunung lebih kekinian. Kalau bisa securitynya pake inline roller skate/sepatu roda/semacamnya jadi lebih gaul dan attraktif
14. Setelah semua infra structure, dekorasi interior, fasilitas, image dan attribute, baru dipromo besar besaran perubahan karakter baik secara keseluruhan atau baru hanya baru per beberapa lantai saja dan brand baru  lewat media massa paper, TV, radio dan online.

Ini namanya strategi rebranding untuk mengambil segmen target yang baru (usia lebih muda) dan extended target market di lantai lantai yamg di re-concept diluar existing target segmen premium yang selama ini sudah dimiliki Mall tsb. 


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)