Ada pertanyaan dari manager yang
baru ditugaskan mengganti manager lama. Mengenai prioritas marketing dan
operasional dalam sebuah outlet cafe/resto, yang mana dulu?
Setiap department dalam bisnis sama
sama penting. Marketing dan Promo penting untuk upaya mendatangkan tamu ke
outlet. Dept operasional memastikan bahwa setiap tamu yang berhasil didatangkan
team marketing akan tidak merasa kecewa karena sudah datang ke outlet.
Setiap outlet seperti cafe/resto yang berorientasi pada pelayanan seharusnya
memiliki superteam. Yang paling penting dalam membentuk superteam ini adalah
building karakter.
Bukan cuma manager saja, tapi harus
seluruh anggota team. Semua harus jelas visi misi tujuan bisnis outlet dan
jatuh bangunnya outlet adalah tanggung jawab semua karyawan dibawah arahan dari
Manager. Jadi gunakan waktu tiap saat untuk terus menerus evaluasi, cari
solusi, action, analisa, perbaiki, agar tiap hari akan lebih baik dari
kemarin.
Tujuan dari building karakter secara
team ini adalah rasa kebanggaan karena sudah dikasih kepercayaan dan amanah,
sekaligus harus ada sense of crisis kalau target hari ini tidak tidak tercapai
agar segera rembuk bersama cari masalah dan solusinya supaya besok bisa penuhi
target. Jadi tidak bisa tenang tenang saja terima situasi tamu apa adanya yang
penting akhir bulan gajian. Saya yakin semua manager sebetulnya paham akan
proses kerja manajerial ini dan bisa lebih baik dari pejabat manager
sebelumnya.
Program kerja apapun yang sudah
dicanangkan jika Manager tidak bisa menggerakan team karena team tidak
punya mental yang kondusif untuk bekerja, maka akan susah. Semua berawal dari
kualitas SDM. Jangan ragu untuk bongkar pasang team intern. Misal dicoba captain
mundur dulu untuk kasih kesempatan member team lain untuk naik jadi captain dan
dianalisa. Itu jadi bagian dari therapy mental supaya tidak ada situasi terlalu
nyaman di team. Semua bisa dibongkar pasang sampai ketemu susunan team yang
paling super. Jika tidak ada tindakan yang fatal sekali, tidak usah dikeluarkan
karyawan yang ada, cuma sekedar bongkar pasang posisi saja.
Sampaikan ke team, perubahan ini
membutuhkan kebiasaan baru yang betul dan mereka harus mengerti. Jangan biasa
malas tidak ditegur, biasa tidak tertib absen tidak ditegur, biasa tidak peduli
sama tamu tidak ditegur, biasa tidak say hello dan friendly dengan tamu tidak
ditegur. dan hal hal yang sudah jadi kebiasaan tsb yang justru dianggap baik
dan menyenangkan bagi banyak karyawan. Itulah gambaran "manager yang
baik" di mata karyawan. Manager yang membiarkan pelanggaran demi
pelanggaran norma norma kerja berlangsung terus tanpa ditegur dan itu jadi
nilai nilai kerja. bisa bubar usaha yang sudah dibangun, kasihan owner. Kurang
sense of crisis dan sense of belonging. Tentu saja karena karyawan tidak keluar
uang besar untuk investasi dan berhasil ataupun tidak toh mereka tetap dapat
gaji di akhir bulan.
Rubah budayanya dan kejar nilai
nilai budaya baru yang lebih win win untuk owner dan team pelaksanan. Awal
perubahan memang selalu ada friksi. Biasa bebas tidak ditegur oleh manager lama
lalu datang manager baru ingin meluruskan sikap dan mindset agar sesuai SOP
lagi, malah manager dapat reject dan perlawanan. Itu biasa saja dan tetap
jalankan langkah langkah yang perlu diambil sesuai target kerja. Jangan terlalu
lama urusin friksi. Ajak yang mau ikut dan tinggalkan yang tidak mau
ikut. Wajar namanya mau bergerak maju. Tapi kalau semua anggota sudah sevisi
misi, roda sudah mulai berputar, kesananya sudah lebih menyenangkan. Kerja itu
kalau sudah masuk ke hati dan jalan rasanya enjoy, fun, menyenangkan, kalau
tidak kerja malah jadi bete. Yang penting kerja sudah tahu caranya bagaimana
biar berhasil, maka akan jadi fun. Akan lebih baik dibinasakan 1-2 karyawan
yang cenderung jadi provokator dan jadi virus daripada meracuni 20 karyawan
lain. Lebih mudah membina karyawan yang bisa berpikir terbuka menerima
pengarahan dan bimbingan untuk tujuan bersama. Win win concept.
Jangan meeting terlalu eksklusif.
Kadang jika manager hanya terus mengajak meeting satu orang tertentu,
bisa saja malah memancing kecurigaan team lain. Ajak orang penting dari semua
department yang bisa mewakili semua anggota team walaupun ini urusan
operasional misalnya. Seringkali team dapur bisa kasih masukan untuk masalah
urusan operasional, juga sebaliknya system kerja di dapur supaya cara produksi
di dapur lebih cepat dan makanan dari dapur bisa keluar lebih cepat ke
meja tamu, bisa dikasih saran dari team operasional. Bahkan bagian cleaning
bisa jadi ada yang pintar, cuma kita tidak tahu karena selama ini tidak pernah
kita tanya masukannya.
Libatkan semua member team
tanpa kecuali, dalam rangka mencari potensi terkuat dari setiap anggota team.
Termasuk segala kegiatan misal pas ada kegiatan sebar brochure keluar, libatkan
semua dan kasih sanksi kalau ada yang disuruh kerjakan sesuatu tapi tidak mau,
itu wewenang dari manager. Memang sekarang sudah ada fasilitas medsos
tapi jenis marketing konvensional juga harus dilakukan sesekali untuk lebih
mempererat kerjasama. Bosan kan kalau terus terusan stay di outlet. Menyebar
brochure juga penting untuk menyebarkan informasi akun medsos outlet ke radius
sekitar outlet untuk menjaring follower dan friends baru yang memang tinggal di
sekitar outlet. Pada saat instruksi bantu sebar brochure, maka siapa yang
kebagian dinas harus melaksanakan. Jangan sampai ada karyawan yang tidak mau
diminta partisipasinya karena manager kalah wibawa dari karyawan.
Galilah potensi paling optimal dari
tiap tiap member team, tunjukan kewibawaan sebagai leader tapi tetap harus
memberikan contoh teladan sebagai manager. Jangan cepat ambil keputusan
timbulnya masalah karena outlet kurang SDM. Gunakan dulu orang yang ada.
Kendala yang ada selama ini seluruh SDM belum dioptimalkan kemampuan dan
peranan dari setiap karyawan. Kalau wacana tambahan orang nanti dulu setelah
coba dijalankan SOP yang lebih sistematis. Jangan terlalu cepat fokus pada
wacana menambah jumlah karyawan dulu. Di bisnis, setiap cost harus relevan
dengan omzet dan prosentase profit. Kalau masalah kemampuan, itu bisa diajarkan
asal dijelaskan cara kerjanya dan dibimbing oleh manager. Tidak ada yang
instant. Backup pekerjaan antar posisi karyawan tidak masalah, yang penting
jangan asal backup karena harus ada standard outputnya juga sebagai Key
Performace Indikator.
Kalau memang sudah sangat minim SDM
dan dampaknya service jadi lambat, sangat mengganggu pelayanan, memancing
komplain berat dan mengurangi kualitas produk, bisa kita bicarakan dengan owner
karena sudah menyangkut penambahan cost baru. Di organisasi biasa saling
mengajarkan satu sama lain agar semua orang bisa multi tasking. Sudah begitu
jadi malah tambah pintar dan mempererat persahabatan. Sampaikan ke team, suatu
saat bisnis berhasil dan owner membagi keuntungan sebagai rasa terimakasih,
maka lebih menguntungkan jika dibagi ke sedikit member team daripada dibagi ke
banyak member team bukan? bisa lebih banyak masing masing terima bonusnya.
Superteam itu bukan dari banyaknya
member team tapi dari kualitas performa yang dihasilkan. Makanya kalau tiap
anggota Pasukan khusus misalnya setara kemampuannya dengan 5 tentara
biasa. Dan pasukan khusus tidak perlu banyak member tapi daya hancurnya jauh
lebih efektif.
Coba dulu saling belajar dan saling
backup, untuk beberapa waktu. Kalau sudah tidak bisa dan sangat mengganggu
kualitas pelayanan walaupun sudah diusahakan bagi bagi tugas dan setiap
karyawan bisa multi tasking, baru kita bicara lagi wacana tambah karyawan.
Susun prioritas rencana perekrutan calon karyawan, misal 1 Koki lagi atau 1
bartender. Karena di bisnis resto/cafe, jangan sampai pelayanan buat support
pelayanan terganggu dan mutu produk menu mengecewakan .
Jika semua mengenai perubahan nilai
nilai budaya kerja perusahaan dan katakter semua anggota team sudah kondusif,
maka saat itulah idela untuk mulai masuk ke tahap aplikasi strategi marketing
guna mendatangkan tamu dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Jikapun tamu
datang, maka besoknya mereka akan datang lagi bahkan mengajak anggota keluarga,
kawan, relasi lain karena mereka puas saat berkunjung di cafe/resto Anda.
SEMANGAT SUKSES (
Mirza A.Muthi)