Selasa, 04 Maret 2014

BELAJAR MEMAHANI ALUR PIKIRAN ORANG LAIN

TANYA :"Belajar memahami alur pikiran orang lain"

Salam Sukses Pak Mirza

Saya sudah mencoba beberapa kali berbisnis sendiri. Mulai dari jual makanan kecil, pulsa hp, ikutan MLM, bertani lele, sampai dagang baju. Tapi selalu kandas. Apa sih sebetulnya syarat pertama dulu untuk bisa menjadi pengusaha sukses ? Terimakasih

Maya-Cinere

Jawab:

Salam Sukses juga Ibu Maya

Syarat pertama untuk jadi pengusaha sukses adalah BIASAKAN MEMAHAMI ALUR PIKIRAN & KEINGINAN ORANG LAIN. “KE-PEKA-AN” ITU YANG HARUS ADA.

Ini hanya sebagai contoh, agar mudah meng-ilustrasikannya. Tapi pasti bukan diri Anda. Pasti pernah mendengar pepatah: Biar lambat asal selamat. Jika Anda mengemudi di jalan tol dengan kecepatan 40 km/jam dengan alasan agar selamat sampai tujuan, dilain pihak Anda membuat jengkel pengemudi lain yang terpaksa berderet di belakang Anda karena jalannya terhalang oleh mobil Anda. Mungkin ada pengendara lain yang terburu buru ingin menjemput istrinya di bandara, atau sudah ditunggu client untuk meeting.

Malu bertanya sesat di jalan. Tapi Anda bertanya di jalan raya tanpa meminggirkan kendaraan Anda lebih ke tepi, sehingga kendaraan di belakang Anda juga tetap kesulitan melewati Anda, dan Anda tidak perduli sampai Anda dapat jawaban dari orang yang diminta tolong memberi petunjuk jalan, baru Anda melajukan mobil Anda kembali.

Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena Anda hanya berpikir dari sudut pandang Anda. Anda punya mindset biar lambat asal selamat, tujuan agar mobil Anda aman tanpa lecet sampai di tempat dan Anda membuat keputusan untuk melambat di jalur tol yang cepat yang Anda pikir jadi solusi, tapi Anda tidak tidak mencoba berpikir dari sudut pandang orang lain. Apakah ada orang lain terganggu dengan keputusan Anda, terhalang dengan solusi Anda, atau senang dengan cara pandang Anda.

Saya mengambil contoh di lalu lintas karena contoh ini bisa secara gamblang menggambarkan perlunya Anda memiliki kepekaan dalam berlalu lintas. Kalau Anda tidak peka di jalan, maka ada orang lain yang langsung memarahi Anda.

Dalam bisnis, justru Anda wajib memahami alur pikiran orang lain. Dalam hal ini orang lain adalah TARGET MARKET produk/ jasa Anda. Apa yang kira kira orang harapkan dari produk / jasa kita? Coba pahami apa yang pembeli inginkan dari produk/ jasa kita dengan membuat list pertanyaan sesuai jenis produk/jasa.

- Apa cukup terjangkau harganya? Harga sesuai dengan produknya?
- Apa cukup mudah memegangnya, cukup ringan mengangkatnya dan cukup kompak membawanya ke mana mana?
- Apa sudah cukup mudah di dapat di pasaran?
- Apa warnanya cukup disukai ? bentuk dan modelnya cukup disukai ?
- Apa cukup luas pangsa pasar di daerah ini? Bagaimana kompetitornya?
- Apa produknya cukup berkelas? Apa sudah pantas untuk gengsinya?
- Apakah sudah jelas petunjuk pemakaiannya? cukup valid garansinya?
- Apakah cukup lezat rasanya? Tidak terlalu pedas atau asin?
- Apakah cukup ringan cicilan bulanannya? ringan Dp nya?
- Apakah orang lebih baik membeli dari pilihan barang merek lainnya?
- Apakah Anda sudah cukup jelas mem-presentasikannya? Sudah paham?
- Apakah calon investor akan yakin bahwa bisnis yang Anda tawarkan lebih menguntungkan dibanding bisnis lain?

Masih panjang lagi deretan pertanyaan yang intinya kita sebagai produsen dan penjual harus tahu apa yang orang / pembeli mau dari produk/ jasa yang akan kita tawarkan dan poin poin pertanyaan spesifik disesuakan dengan jenis bisnis yang Anda ingin rintis.

Karena itu muncul yang namanya “survey” sebelum merancang produk/ jasa. Kita men-survey apa yang jadi kenginan orang lain sebagai target pasar, bukan langsung dibuat berdasarkan keinginan kita, dianalisa, dirumuskan, design, baru diproduksi dan dijual

Jangan sampai Anda membuat bisnis menjual produk / jasa tapi semua parameter / value hanya berdasarkan apa yang Anda pikir atau persepsikan tanpa Anda melihat berbagai kemungkinan keinginan atau persepsi target pasar Anda. Padahal Anda berharap orang tersebut bersedia keluar uang mereka untuk membeli produk/ jasa Anda. Uangnya uang mereka, bukan Uang Anda. Jadi Anda harus berpikir dengan cara mereka kenapa mereka bersedia menukar uang mereka dengan barang/ jasa Anda. 

Maka bertindaklah berdasarkan keputusan / parameter dalam kewajaran. Kewajaran adalah range toleransi yang bisa diterima orang umumnya pada kondisi yang sama. Misalnya kalau sedang sama sama bermobil di jalan raya melajulah dengan wajar pada kecepatan 60 – 100 km/jam supaya Anda bisa seirama bersama berkendara dengan pengguna jalan lain. Melajulah di jalan raya dengan kecepatan rata rata tersebut yang tidak membuat jengkel pengguna jalan lain dan menepilah secara cukup ke pinggir apa bila akan bertanya agar kendaraan lain bisa tetap leluasa melewati Anda. Tujuan Anda bisa tercapai dan tidak ada pihak lan yang dirugikan. Semua sama sama senang dan damai. Jika Anda ingin lebih pelan bukan Anda menjadi pelan di jalan tol tersebut. Keluar dari jalan utama tersebut dan carilah jalan lain yang jalurnya lebih kecil dan silakan Anda melaju di kecepatan keinginan Anda tanpa mengganggu kendaraan lain karena semua kendaraan di jalan tersebut memang melaju di kecepatan yang lebih rendah. Itulah namanya kewajaran. Jika Anda melaju terlalu cepat misalnya 150 km / jam itu namanya juga di luar kewajaran, berarti Anda siap menerima resiko kecelakaan kalau skill mengemudi Anda kurang sepadan, kondisi mobil Anda bermasalah atau cara mengemudi zig zag Anda membahayakan pengguna jalan lain.

Jangan pula jika mobil dibelakang Anda sampai jengkel menyalakan lampu dim dan klakson untuk mengingatkan karena Anda terlalu lambat, malah Anda sengaja mengerem mobil Anda , memperlambat lalu mengerem lagi secara mendadak terus berulang ulang sengaja tepat di depan mobil tersebut se-akan sedang mempermainkan atau mengajak bermasalah pada pengemudi kendaraan di belakang Anda. Itu namanya Anda pengemudi yang sama sekali tidak tahu diri karena telah memaksakan keinginan Anda kepada orang lain. Jika saja ada pengemudi deretan belakangnya yang tetap melaju dalam batas kewajaran dan tidak sempat mengamankan kendaraannya maka bisa terjadi kecelakaan fatal karena ulah Anda. Kalau sikap mental Anda begitu sebaiknya Anda punya jalan sendiri atas nama Anda, jadi Anda bebas berkendara menurut persepsi Anda. Tahukah Anda, semakin sering Anda merugikan orang lain, maka akan semakin sering orang mendo’akan hal buruk kepada Anda. Buat apa menabung karma buruk untuk diri sendiri? Maka jadilah orang yang bisa membaca alur pikiran orang lain, banyak manfaatnya untuk kemajuan kehidupan pribadi maupun kemajuan bisnis Anda. Hasilnya jika kebiasaan ini sudah menjadi karakter dalam kehidupan kita, maka kita akan lebih bersikap positif, lebih responsive terhadap tanda tanda lingkungan sekitar, lebih cepat memperbaiki situasi kurang menguntungkan, lebih perhatian pada hal hal detil, dan lebih cerdas mengambil keputusan.

Mulailah dari aspek kehidupan sehari hari dulu, misalnya kewajaran dalam berlalu lintas. Jika Anda terbiasa memahami alur pikiran orang lain, maka dalam berbisnis pun Anda akan punya kepekaan yang lebih tinggi dalam memprediksi apa yang target pasar inginkan dan menghindari apa yang pasar tidak inginkan dari produk/ jasa kita.  Bisnis itu bukan karena ikut ikutan. Satu bisnis café tenda, semua ikut bisnis café tenda. Waktu trend bisnis MLM, semua ikut MLM. Padahal mungkin hasrat, skill dan potensi Anda bukan di bisnis itu, sehingga 80% kemungkinan Anda akan gagal di bisnis tersebut. LATIHLAH KE-PEKA-AN. Kepekaan juga bisa memberi ada gambaran apa bisnis yang tepat untuk segala poin potensi yang Anda punya. Untuk tahapan selanjutnya kita akan bahas di sesi berikutnya. SEMANGAT SUKSES ( Mirza A.Muthi ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar