Sabtu, 01 Mei 2010

" CARA TERBAIK MENYELESAIKAN MASALAH"

TANYA: " CARA TERBAIK MENYELESAIKAN MASALAH"

Banyak orang bertanya, bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan masalah? Baik dalam kehidupan sehari hari atau dalam bisnis. Pertanyaan yang terlalu general. Tapi saya coba rangkum intisarinya

Jawab:
MENCARI SOLUSI DENGAN MEMANDANG MASALAH DARI BEBERAPA SUDUT PANDANG BERBEDA

Kenapa timbul MASALAH ? Sederhana: Karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Mau makan steak tidak jadi. Masalah, karena uang di dompet cuma Rp.50.000 sedangkan harga steak Rp. 65.000 per porsi. Berantem sama pacar. Masalah, karena mau diajak cepat menikah tapi dia belum siap karena belum punya pekerjaan tetap. Beli mobil mewah untuk gaya tapi kecewa. Masalah karena dua hari kemudian perlu uang mendadak ditawar orang harga jualnya langsung turun 30%.  DALAM BISNIS tentu saja akan banyak masalah masalah yang akan timbul. Mulai dari perencanan bisnis, persiapan bisnis, mengelola bisnis, bahkan mungkin bisa sampai jika bisnis tutup bangkrut masalah tetap saja mengikuti, misalnya penyelesaian hutang hutang usaha. Tapi pertanyaannya APAKAH MASALAH BISA DIHINDARI ATAU BISA DICARIKAN SOLUSI ?
Jawabannya tentu bisa. Caranya
Kita tidak harus melalui masalah dalam usaha jika kita bisa belajar dari kesalahan usaha orang lain di jenis bidang atau masalah yang sama dengan yang akan kita hadapi nanti.
Kita bisa meminta arahan, bantuan pengelolaan, atau konsultasi dengan pakar atau dari orang yang lebih senior dan kompeten di bidang usaha tsb
Belajar mengatasi sendiri masalah dengan memandang dari beberapa sudut pandang berbeda

Kita akan bahas poin ke 3 ini.
Kenapa tadi ada wanita yang “ngebet” sekali minta dinikahi oleh prianya, tapi prianya minta ditunda karena belum punya pekerjaan tetap.
-  Ada berapa orang/ pihak terlibat di masalah ini: pasangan pria, wanita, orang tua pria wanita, saudara pria wanita, mungkin teman teman pria wanita yang ikut memanas manasi situasi.
 -  Masing masing pihak punya sudut pandang sendiri terhadap masalah antar pasangan ini.
 - Ibu si Wanita pikir malu sama tetangga karena anaknya sudah lama pacaran dan banyak saudara sudah terus tanya kapan dinikahkan
 - Bapak si Pria pikir jangan bikin malu keluarga. Ambil anak orang mau dikasih makan apa kalau kamu belum kerja
 - Teman wanita bilang cepat kamu minta dinikahi kalo gak nanti diambil orang. Pacar kamu itu ganteng loh biar belum punya kerjaan juga
 - Teman Pria bilang jangan nikah sekarang kalo gak kamu nanti diinjak injak keluarga pacar kamu yang lebih kaya dari kamu
 - Si Wanita sendiri pikir kita sebaiknya menikah dulu, pacaran udah kelamaan dan aku sudah ditanyain terus sama orang tuaku
 - Si Pria takut nanti perkawinan tidak akan bisa bahagia karena dia sebagai kepala keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

Kita lihat cara orang memandang satu masalah saja bisa berbeda karena sudut pandangnya berbeda beda juga. Karena yang terlibat dengan masalah itu juga banyak “stake holdernya” . Tapi apa tidak bisa dicarikan solusi titik temunya?

Definisikan masalah utamanya
 - Ingin cepat menikah
- Tapi Pria belum punya pekerjaan
Kalau saya pribadi jadi cowok tersebut akan ambil keputusan. Begini resolusi saya:
- Komitmen: Saya akan kesampingkan saran saran untuk meninggalkan pacar saya karena saya dan pacar saya sudah berkomitmen untuk berumah tangga
- Langkah awal: Saya akan pinjam uang dari orang tua saya dan terutama orang tua calon istri untuk modal, dirinci untuk keperluan apa saja dan besarnya berapa, lalu buat perjanjian pengembalian secara bisnis.
- Keputusannya: Segera nikahi pacar saya agar salah satu inti masalah selesai dan kita bisa sama sama berjuang untuk bisa bahagia
- Action pendukung: Kontrak rumah terpisah dari kedua orang tua agar rumah tangga bisa dibangun atas dasar keputusan keputusan berdua dengan tetap mengambil saran masukan dari pihak keluarga masing masing
-Action utama: Saya akan segera cari pekerjaan atau memulai usaha mandiri dengan modal pinjaman seperti di poin teratas tadi, pilih kesempatan mana yang terbuka lebih lebar
- Rubah kebiasaan: Hidup hemat dahulu sampai semua berjalan lebih baik, jika perlu tunda dulu memiliki anak dalam 1 – 2 tahun ini
-Tetapkan Karakter: Minimalkan sekecil mungkin menerima bantuan dari orang tua pihak wanita yang memang lebih kaya untuk menjaga kompetensi saya sebagai suami

Memang masalah tidak serta merta selesai, tapi sudah ada jalan keluar dan biarkan saya menyelesaikan permasalahan ini sedikit demi sedikit tapi arahnya pasti. Kenapa Saya mengambil keputusan “nekat” tersebut? KARENA SAYA SUDAH MENCOBA MEMANDANG DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG.

Begitu juga dalam masalah bisnis, terutama terkait dengan SERVICE. Contoh di atas adalah murni kita membuat keputusan untuk kita sendiri. Tapi di bisnis service, kita mengambil keputusan untuk orang lain yang sedang menerima service dari kita. Tentu rasa kecewa atau rasa puas sebagai output tergantung dari keputusan yang diambil. Cobalah mengambil keputusan dari berbagai sudut pandang secara cepat, terutama dari sudut pandang JIKA SAYA MENJADI PELANGGAN YANG PROTES TERSEBUT bagaimana? Apa yang saya harapkan? Solusi terburuk apa yang saya harapkan masih bisa saya terima dari kebijakan yang akan disampaikan?  Apa respon yang akan saya keluarkan lagi ke penyedia jasa jika solusi ini saya sampaikan ? Apakah saya mau datang lagi ke penyedia jasa untuk selanjutnya? Atau apakah saya akan menyebarkan rasa kecewa saya ini ke seluruh dunia agar dunia tahu betapa jeleknya service yang diberikan kepada saya? Semuanya tergantung dari keputusan Anda. Apakah diambil secara emosional, secara perhitungan matang atau hanya meneruskan apa yang menjadi saran orang lain karena saya sudah panik. Tapi percayalah HASIL DARI KEPUTUSAN SESAAT ITU YANG AKAN DIKENANG PELANGGAN SELAMA WAKTU YANG DIA MAU. MEMANDANG MASALAH DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG AKAN MENGURANGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BERDAMPAK BURUK BERKEPANJANGAN. 

SEMANGAT SUKSES. ( Mirza A. M. )