Senin, 02 Desember 2019

TUGAS DARI PIMPINAN

Tanya :
Selamat pagi,

Saya mendapat tugas dari pimpinan saya untuk membuat makalah :
Dengan siapa saja kita bekerjasama ( dengan mengikuti Magic words à Siapa, apa, mengapa dan bagaimana)
Saya sudah mencarii dlm ilmu marketring, namun hingga sekarang  belum menemukan
Mohon bantuan penjelasannya
Terimakasih sebelumnya 
Salam
Ms. I

Jawab :
‎Selamat Sore Ms. I,
Who, What, Why, When, How, itu kata kata kunci untuk kita bisa menganalisa sebuah situasi. Cara bertanya pada diri sendiri adalah cara yang paling tepat untuk "memaksa" kita mencari tahu jawaban ilmiah dan alternatif masuk akalnya lalu menganalisa. Sepertinya  Magic Words di ilmu marketing lebih sering dimaksudkan untuk ucapan: "Tolong, Terimakasih dan Maaf". Kenapa dikatakan "Magic", karena ucapan kata kata ini bisa membuat pendekatan yang lebih baik pada seseorang, sehingga komunikasi berjalan lebih  kondusif dan memberi kesan positif pada kepribadian siapa yang mengucapkan. Selanjutnya jika kesan sudah baik diterima calon konsumen, maka menjual akan menjadi lebih mudah.

Saya tidak jelas Iin bekerja dalam posisi apa dan di department apa. Juga perusahaan apa, bergerak di bidang apa. Jawabannya jika saya berikan contoh kasus, pasti akan sangat spesifik terkait dengan bidang kerja Iin. Kalau hal ini ditugaskan oleh pimpinan, pasti terkait dengan tugas Iin di department. Saya coba analisa bahwa pimpinan Iin meminta Iin mencarikan mitra kerjasama yang tepat untuk sebuah target kerja. Sekarang kita pahami dulu kenapa harus bekerjasama. Berarti ada kebutuhan perusahaan Iin yang tidak bisa dipenuhi sendiri oleh perusahaan, maka meminta support dari pihak luar perusahaan dan yang namanya kerjasama biasanya diusahakan dengan tujuan agar minim biaya. Intinya bermitra dengan saling mengisi kekurangan atau kebutuhan dengan kekuatan masing masing pihak agar keduanya bisa bergerak bersama menuju satu tujuan.

Jadi definisikan dulu, tujuan kerjasama ini apa? tentunya sesuai dengan bidang tugasnya. Lalu rangkai satu persatu secara berurutan prioritas kapan dikerjakan (when). Untuk mencapai tahap pertama, akan mengerjakan apa saja (what), kenapa kita perlu melakukan hal tsb (why), apa bisa ada plan B, plan C, dst? siapa saja person in charge yang dibutuhkan (who), bagaimana proses kerjanya (how) dan apa alat ukur keberhasilannya (KPI). Dalam mencari mitra kerjasama, coba cari penawaran yang terbaik atau paling tepat bagi perusahaan. Cari beberapa "who", siapa saja pihak pihak luar yang bisa dijadikan mitra kerjasama. Sampaikan maksud tujuan kerjasama ini dan biarkan pihak calon mitra menyampaikan penawarannya. 

Cari mitra yang paling tepat dan cocok untuk kebutuhan tujuan kerjasama ini. Ingat, bukan hanya dinilai dari siapa yang bisa memberikan penawaran paling murah, paling banyak secara financial, tapi pertimbangkan juga hal hal profesional. Mungkin memang kita perlu mitra yang punya nama besar sehingga tujuan kita lebih cepat dikenal luas, atau mungkin kita perlu yang paham sekali proses hard selling ke buyer sehingga ada transfer knowledge yang bisa kita serap selepas masa kerjasama ini, dll. Maka definisikan dulu tujuan kerjasama ini untuk apa. Dari didapatkannya definisi tujuan ini baru dirinci semua pertanyaan2 tsb. 

Tapi kerjasama bukan berarti hanya berurusan dengan mitra usaha. Justru mitra usaha sejati pengusaha sebenarnya  adalah para karyawan/teamwork dan para konsumer/pembeli/calon pembeli. Coba perhatikan usaha yang hanya berkonsep buka toko, tungguin, melayani sekedarnya dan transaksi dagang, dengan usaha yang menggunakan konsep jelas dan pelayanan prima sehingga memberikan pengalaman belanja yang berkesan. Sudah tentu toko yang sekedar dagang dan toko yang sedang berbisnis akan jauh berbeda jumlah tamunya, omzetnya dan perkembangan usahanya. Gunakan pola pikir 5 W sehingga mendapatkan 1 How, bagaimana membuat usaha yang jauh lebih baik bagi pemilik usaha dan pengalaman kepuasan pembeli. Oleh sebab itu, saya pikir tutupnya banyak kios/ toko ritel di mall mall saat ini, saya rasa bukan melulu disebabkan oleh kalah bersaing dengan dagang online. Tapi lebih disebabkan tidak adanya lagi hal pengalaman menarik yang bisa didapatkan konsumen dari belanja di toko/kios. Makin kesini belanja telah menjadi experience lifestyle, bukan lagi hanya keluar rumah, ke toko , lalu belanja, dapat barangnya, bayar, terpuaskan, lalu selesai. Perilaku konsumen telah berubah dan menuntut banyak dari kita pelaku usaha. Barang yang bagus, harga yang pantas, keramahan yang tulus, komunikasi yang cair dan basa basi ramah, bahkan sampai ke interior dan suasana cozy di toko, display produk supaya bisa swalayan memilih produk, kemudahan akses untuk bertanya lebih detil tentang produk, bahkan seragam pelayan bisa memberikan kredit point tertentu sesuai thematic konsep produk dan akhirnya secara keseluruhan yang bisa dibawa pulang selesai belanja adalah bukan lagi sekedar barang yang dicari tapi juga pengalaman berbelanja dan " rasa terpuaskan " yang beda dibanding jika belanja di toko lain. Apalagi jika manajemen pengelola mall dimana toko Anda berada juga berpikir out of the box , memiliki strategi dan upaya beda untuk memberi shopping experience yang berbeda kepada para pengunjung sehingga akan memberi value kepada para tenant.

Sejauh Anda hanya sanggup mengelola toko dengan konsep dagang konvensional, maka siap siap harus kehilangan mitra pelanggan/pembeli/calon pembeli dan jangan langsung salahkan karena gempuran  belanja online. Koreksi diri dulu sudahkah pengelolaan  toko Anda berorientasi kepada bisnis dibanding dagang. Tidak terlalu penting lagi apakah toko Anda ada di Mall atau di pinggir jalan , karena saat ini ada value yang lebih dihargai oleh para pelanggan daripada sekedar ketemu barang di toko yang di datangi. Untuk usaha supaya orang mau datang ke toko itulah yang sekarang harus jadi fokus usaha dan strategi. Jika pelanggan sudah terpikat dan terpesona, kadang kalaupun barang yang dicari tidak ada, maka dia dengan senang hati akan mencari produk substitusi atau sekalian produk yang lain dan tetap terpuaskan.

Kalau Iin di department punya team, bikin diskusi grup bagaimana sama sama menjawab pertanyaan ini. Bekerjalah sebagai team mulai dari mendefinisikan masalah, membuat pertanyaan tsb diatas, mencari jawabannya, meng-explore alternatif alternatifnya, membuat perencanaan, pembagian tugas lalu mengeksekusinya di lapangan sebelum akhirnya dievaluasi lagi progress dan hasilnya. 

SEMANGAT SUKSES
 (Mirza A.Muthi)


Jumat, 01 November 2019

Bisnis Cafe Konsep Thematic Musik Masa Lalu

Tanya :  Bisnis Cafe Konsep Thematic Musik Masa Lalu

Selamat pagi Pak Mirza, saya ingin membuka bisnis cafe yang berthematic musik classic rock jaman 70-90an. Rasanya dulu bergairah semangat sekali jika mendengar musik classic rock seperti itu. Memory tsb akan saya pakai untuk membuat bisnis konsep cafe live music yang mungkin bisa berhasil juga. Kalau sukses bisa saja nanti saya franchisekan dan minta bapak untuk menanganinya. Apa saja hal hal yang harus saya perhatikan, mohon analisanya.

Jawab:
Selamat pagi pak
Mantap sekali visi bapak, jadi untuk orang seusia kita ada tempat untuk kongkow dan mengulang memori musik rocknroll jaman dahulu ya pak. Langkah awal bapak harus bikin outlet cafe live music yang pertama dulu di lokasi strategis sebagai model untuk menawarkan bisnis franchise. Saya ingatkan lagi di penawaran bisnis franchise justru calon franchisee pertama akan melihat simulasi cash flownya dan besar Investasinya. Dalam hal ini kita harus presentasi financial model. Dari mana uang masuk, berapa besarnya setiap hari dalam sebulan, cost apa saja yang dikeluarkan, berapa biaya marketing dan berapa besar prosentase margin profit dari Omzet kotor. Biasanya kita buat table item dan angkanya supaya jelas dimengerti . Nah dari track record outlet cafe pertama inilah kita akan dapat data actualnya untuk bisa dibuatkan financial modelnya. Dari situ terlihat berapa lama BEP nya dari investasi yang dibutuhkan. Jadi belum tentu juga secara cepat kita bisa langsung tawarkan franchise cafe kita kalau outlet pertama ini belum bisa kita buktikan dikelola sampai berhasil dan sukses memberikan profit bulanan. Di peraturan franchise juga ditetapkan sebaiknya bisnis baru bisa difranchisekan setelah 2 (dua) tahun operasional aktif. 2 tahun itu diasumsikan manajemen sudah bisa membangun SOP pengelolaan outlet yang bisa menjamin manajemen mengelola dengan jelas seluruh aspek bisnis sebuah outlet, bahkan mungkin investasinya sudah bisa kembali modal. Berbicara modal maka usahakan mengkonsep outlet yang tetap menarik dari segi produk cafe, fasilitas dan pelayanan dengan investasi yang efesien, tidak terlalu membutuhkan dana modal besar. Misalnya jangan terlalu banyak menghabiskan biaya interior renovasi yang terlalu besar, tapi masih tetap bisa didapat kesan cafe yang nyaman, cozy dan berkelas dan sesuai konsep thematic rock classic tahun 70an nya. Hal yang paling penting adalah pembuktian kepada calon franchisee bahwa bisnis outlet perdana ini sudah terbukti Break Event Point alias kembali modal. Hal ini akan menjamin rasa aman mitra franchise juga akan mendapatkan bimbingan yang terbukti efektif dan efesien dari bisnis yang dibelinya dari kantor pusat franchise.
Sekarang kita bahas cafe thematic terkait music classic rock. Mungkin gambarannya mulai dari interior dekor thematic foto foto icon band dan artist classic rock jaman 80-90an. Ada panggung live music yang menampilkan perform band band musik classic rock, dll sejenisnya. Apakah ide thematic ini masih valid dan dibutuhkan pasar? Juga seberapa lama bisnis ini bisa bertahan. Konsep cafe classic rock ini bagus juga, walaupun targetnya sangat segmented. Karena itu faktor lokasi dan strategi branding  sangat penting disini. Seiring rentang waktu dari mereka  yang lahir tahun 70an mungkin yang menikmati music classic ini sekarang ada di usia 45an ke atas, itu juga mereka usia 45an tahun yang menggemari band dan musik classic rock. Keuntungannya usia 45an biasanya seseorang  sudah dalam kondisi cukup mapan keuangannya jadi range harga menengah masih bisa masuk. Saya kira juga tentu saja penikmat genre musik ini kebanyakan para pria. Jadi saya prediksi jika bapak bisa buka outlet perdana bapak tahun tahun ini justru bisnis bapak akan sedang baik baiknya. Tapi jika bapak membuka outlet cafe musik classic rock ini baru 5 tahun lagi, mungkin sudah keburu kehilangan momentum emasnya karena mereka yang lahir tahun 70an sudah akan jadi terlalu sepuh untuk keluar rumah menikmati musik, mungkin juga sudah tinggal sedikit jumlahnya yang masih dalam kondisi sehat dan bisa keluar malam buat kongkow gaul.

Bisnis franchise juga harus long lasting. Yang lahir angkatan 75an mungkin adalah batas terakhir penikmat musik classic rock 80an. Bisa terjadi sewaktu hari nanti tidak ada lagi penikmat music classic rock karena mereka yang datang dari generasi kelahiran 70an sudah terlalu tua untuk ke cafe dan generasi kelahiran 80-90an kurang paham musik classic rock. Tapi kita bisa memperpanjang Product Life Cycle dari classic rock musik ini dengan dari sekarang "membina bibit bibit penikmat classic rock generasi baru" dengan performance live music ex artis artis tahun 80an misalnya untuk menjaring target kastemer yang lebih muda lagi untuk regenerasi pelanggan. Musik adalah hiburan long lasting dan memorable. Jika sudah suka atau terbiasa  mendengar karena keseharian di rumah di tape orang tuanya atau komunitasnya sering mendengar dan membahas jenis musik tsb, ya akan terbawa kesukaan sampai terus berumur walaupun tidak pernah hidup atau berada satu jaman dengan band atau artis genre lagu tsb. Kenyataannya banyak  juga mereka yang lahir sebagai gen Y dan gen milenial ternyata suka juga musik musik dari era kakek atau orang tua mereka. Kenyataannya aura musik classic rock ternyata memang unik, dinamis. Dandanan artis dan action bandnya atraktif dan bisa membawa semangat. Memory pengalaman musik ini adalah sejarah hidup masing masing keluarga dan "terus berbunyi" dalam benak bawah sadar kita. Kita minta agar keluarga penggemar classic rock ini ikut datang juga, misalnya istri dan anak anaknya. Kita gunakan live music dan nyanyi bareng ini sebagai fasilitas pengikat persaudaraan antara penggemar classic rock ( Classic rock brotherhood family ). Jadi nanti istri dan anak anaknya bahkan cucunya belajar pelan pelan menikmati music rock classic di classic rock cafe  karena suasana pergaulan di classic rock cafe yang bersahabat. misalnya ajak anak anak pengunjung mencoba memainkan gitar classic di panggung diajari oleh sang artist. Memilih duta duta classic rock cafe dari kastemer kalangan umur yang lebih muda ( bisa jadi anak anak dari penggemar classic rock yang sering datang ke cafe ) untuk mengajak teman temannya ke cafe. Atau mengajak para istri ke atas panggung untuk sama sama menyanyikan lagu “scorpion” misalnya. Juga sesekali perlu mencampur dengan lagu lagu rock yang tidak harus classic. Bisa juga sesekali lagu dari band band rock masa kini, agar ada penyegaran suasana. Yang penting kita harus mencoba menjaring kastemer baru, karena penggemar classic rock 70an makin beranjak tua. Tapi untuk target yang lebih muda kita tidak bisa langsung jejalkan dengan music rock classic karena mereka juga tidak akan mengerti. Pengaruhi dulu pelan pelan dengan activity BTL , gunakan sosial media dan kuatkan event komunitas agar merasa nyaman dulu. Senang dulu dengan acara komunitasnya, suasana cafenya, baru senang musicnya.
Maka itu penting interior cafe juga jangan dibuat terlalu maskulin sehingga istri dan anak anak takut datang ke cafe. Campuran antara modern dan classic bisa memberi rasa netral tapi tetap thematic. Juga para pemusic yang perform di sana jangan juga yang terlalu sangar penampilannya, bertato, tidak pakai baju sehingga membuat image music ini tidak cocok didengar oleh anak anak dan ibu ibu. Sekarang banyak cafe tanpa rokok apalagi minuman keras karena kebanyakan mengganggu kenyamanan kebanyakan ibu ibu dan remaja. Karena kita butuh regenerasi kastemer dari segmen usia yang lebih muda lagi untuk meningkatkan kalangan peminat kastemer dan memperpanjang PLC bisnis. Tidak ada salahnya mempertimbangkan keluarga sebagai target segmen Cafe Classic Rock ini. Menyenangkan rasanya membawa anak istri ke cafe music dimana anggota keluarga bisa nyanyi bareng, makan minum dan happy bersama.
Dan juga sebagai cafe penting di makanan dan service. Apa ada satu /dua makanan sangat khas dari classic rock cafe ini yang sering dibungkus oleh kastemer? Makanan khas dari era 80an dan dari western sebagai kiblat asal musik classic rock? Mungkin bisa juga kita tetap jual makanan lokal selain menu khas western era 80an. Bahkan bisa dibundling antara kedua jenis menu tsb. Misal Hamburger dan Hotdog dibundling dengan Sop Konro dan Tongseng. Kalau kita punya makanan khusus khas classic rock cafe mungkin saja ada orang yang sengaja datang hanya untuk membeli menu tersebut atau membawa pulang tanpa ingin bermaksud menikmati sajian music classic rock di cafe. Hanya karena senang dengan menunya , tapi untuk frekuensi yang signifikan dari menu take away atau delivery order itu sudah bisa menambah omzet. Terlebih jika akhirnya sambil menunggu makanan siap, dia sempat mendengar lagu lagu classic rock yang diutar di café dan akhirnya pelan pelan suka juga. Pada intinya semua bisnis dengan latar belakang dan thematic apapun bisa diterapkan asal strategi brandingnya benar benar direncanakan secara detil dan aplikasi panetrasi pasarnya difokuskan secara tepat dan efektif menjaring segmen target yang dituju dan bisa melebarkan ke segmen pasar baru yang bisa bertumbuh. Keep On Rolling Your Rockin Business! Salam Rocker dan 
SEMANGAT SUKSES 
( Mirza A.Muthi )

Selasa, 01 Oktober 2019

Bagaimana Strategi Marketing Esemka?



Ada pertanyaan mengenai Esemka Bima pick up yang baru dilaunching oleh Pak Presiden. Kenapa tidak ada woro woro kejelasan showroom, brochure, iklan media dll, padahal disebutkan sebagai level Mobil Nasional? Bagaimana kira kira prediksi strategi marketingnya?

Selamat datang Esemka, akhirnya dilaunching juga. Saya tidak membahas dari segi politiknya walaupun ini pasti bisa jadi isyu karena selalu brand Esemka ini dikaitkan dengan Presiden. Menurut saya dari segi startegi marketing, inilah brand paling beruntung di Indonesia karena "seperti memiliki" brand ambassador dengan icon seorang Presiden. Dengan icon sekelas ini maka brand awareness bisa dilambungkan tinggi dan gaungnya terdengar secara nasional walaupun seperti tanpa marketing tools yang disebutkan tadi, tanpa showroom, tanpa brochure, tanpa iklan media, tanpa ikut pameran otomotif sebelumnya. Tapi saat ini kenyataannya semua orang mencari tahu mengenai Esemka, walaupun mungkin dari sudut pandang yang berbeda beda. Sebuah "kemewahan dan lompatan" yang tidak dimiliki oleh brand mobil lain yang baru akan launching produk pertamanya.

Untuk strategi sales, Bima 1.2 dan 1.3 adalah type pick up yang merupakan jenis mobil pekerja, bukan mobil penumpang atau mobil identitas untuk dipakai personal penumpang yang mengacu kepada lifestyle. Mungkin saja perusahaan sudah memikirkan bahwa saat ini mereka belum perlu membuat prioritas biaya pada showroom ideal seperti mobil mobil penumpang lain, karena penyebarannya ditargetkan ke desa desa untuk mengangkut hasil bumi. Bisa saja menggunakan skema pembiayaan via koperasi atau BPR. Menempatkan unit unit pickup Bima sebagai contoh di lokasi kantor koperasi atau unit BPR dengan dilengkapi salesman dan brochure. Lebih efektif dan murah, tidak perlu membuat showroom tapi cukup membuat booth. Bisa lebih menarik lagi jika ada unit Bima dipamerkan di mall atau kawasan umum lain di kawasan perkotaan yang sudah di karoseri untuk keperluan foodtruck atau jual kopi dan fresh drink yang dilengkapi cooler box untuk pengangkutan bahan ice dan buah. Visualisasi nyata begini bisa membangkitkan motivasi para pengusaha untuk tertarik membeli Esemka versi mobil UKM. Untuk tujuan menjual pickup komersil rasanya masih belum perlu showroom karena untuk mobil pekerja komersial seperti ini tidak perlu terlalu dicek interior, fitur, kualitas bahan interior atau bahkan tidak perlu test ride sebelum akad pembelian dilakukan seperti pada kebanyakan jika kita ingin membeli mobil penumpang atau mobil lifestyle. Jika nanti tahap pengembangan perusahaan  sudah sampai pada produksi unit mobil penumpang seperti SUV, MPV atau sedan, baru bisa dikembangkan Showroom di kota kota besar.

Untuk strategi service, bisa dengan home service atau kunjungan ke lokasi unit. Tinggal kirim Esemka mobile service dengan teknisi handal, itu bisa juga jadi strategi efektif ekonomis. Lengkapi dengan aplikasi IT di HP untuk setiap pembeli unit Esemka untuk pencatatan riwayat tiap tiap unit mobil dan komunikasi aftersales secara direct kepada pembeli unit Esemka. Sepanjang bukan perbaikan berat dan masih bisa diperbaiki di lokasi mobil berada, strategi ini masih bisa dilakukan. Untuk perbaikan masalah berat yang membutuhkan tools khusus maka baru unit yang rusak dikirim ke service station. Service station ini bisa hanya dibangun di kota mana distribusi unit pickup terbanyak atau kota dimana unit ini lebih berprospek untuk diserap pasar. Mempertimbangkan biaya investasi yang masih terbatas maka belum perlu mendirikan service station ini ke seluruh kota di Indonesia. Prioritas pendirian lokasi service station mungkin bisa sekalian showroom dan sales ini untuk lebih mendekatkan dan memberi kemudahan kepada konsumen langsung, dengan pendekatan bertahap menurut urgensi.

Untuk strategi branding, bisa meniru branding motor baru yang sering membuat event touring ratusan km jelajah negeri. Touring ini selain untuk memperkenalkan langsung unit ke kota kota yang dikunjungi juga bisa menjadi ajang pembuktian ketangguhan mesin mobil. Tapi sehubungan dengan daya angkutnya yang besar, maka ada baiknya sambil diselipkan kerja bakti sosial. Misal membawa sembako atau baju peralatan sekolah, bahan bahan bangunan, alat alat produksi ke daerah target. Bisa untuk memberi gambaran daya angkut pick upnya yang kuat dan luas dan bisa mengirim ke berbagai macam kondisi medan.

Maka saya pikir kemunculan Esemka yang saat ini adalah perusahaan swasta kelas lokal tetap harus didukung agar dimasa depan  bisa jadi mobil nasional yang memproduksi aneka macam type mobil niaga, pekerja atau SUV, MPV , penumpang jenis sedan atau bahkan mobil listrik, yang dimiliki sahamnya oleh perusahaan swasta kelas nasional atau BUMN atau bahkan ditawarkan sahamnya ke masyarakat luas dengan IPO. Kandungan bahan lokalnya 100% dengan tenaga kerja 100% anak bangsa. Banyak anak bangsa cerdas bidang otomotif yang saat ini kerja di perusahaan mobil di luar negeri. Dengan adanya wadah perusahaan mobil nasional ini, mereka bisa menerapkan design dan teknologi otomotif dari pemikiran designer dan teknokrat anak bangsa juga. 

Bagaimanapun prokonnya di masyarakat, kehadiran Esemka tahap awal ini harus kita support. Ini merupakan upaya awal untuk menuju tahapan Mobil Nasional. Membangun industri mobil mandiri bukannya mudah, tahap awal memang harus belajar dulu dari model dan teknologi mobil yang sudah ada, yang penting di action plan selanjutnya ada tahapan ke arah implementasi industri mobil nasional sampai nanti manufacture dan kandungan lokalnya bisa total 100%. Makin banyak mitra vendor komponen lokal yang bisa support Esemka, sehingga membuka banyak kesempatan dan lapangan kerja lokal baru. 

Mungkin pada saat Garuda dan Rajawali, type mobil SUV yang sudah lebih premium, bahkan yang versi executive seperti Moose, maka seluruh system perangkat bisnis industri mobil seperti umumnya sudah akan lebih lengkap dan lebih baik. Kualitas terbaik dan harga terjangkau akan memudahkan bersaing dengan ATPM lain yang sudah berakar di Indonesia. Memang faktanya kandungan lokal Avanza dan Innova bahkan sudah lebih besar dari pickup Esemka Bima 1.2 saat ini. Tapi jika "Esemka" digadang gadang jadi cikal bakal mobil brand nasional, maka lebih baik dimulai sekarang daripada tidak mulai mulai juga sama sekali. Industri mobil brand nasional kita sudah jauh tertinggal dari Malaysia bahkan Vietnam.


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)


Minggu, 01 September 2019

Memelihara Mitra Investor Franchise Agar Tidak Jadi Kompetitor


Ada pertanyaan klasik: Pernah saya pekerjakan karyawan, saya didik dari awal belum tahu apa apa sampai naik karirnya, lalu beberapa tahun kemudian tahu tahu dia pamit mundur keluar dari perusahaan dan diluar bikin usaha sendiri yang akhirnya jadi saingan kuat usaha saya. Apalagi kalau saya sudah bikin franchise, jangan sampai toko franchise saya nanti ownernya ajak karyawan pintar saya yang tadi dan bikin toko lain yang usahanya sama dan jadi kompetitor usaha franchise saya. Kenapa mereka meninggalkan saya?

Ini pertanyaan bagus. Tapi lebih bagus lagi bagaimana agar jawabannya positif, maka pertanyaannya dibuat positif juga? Bagaimana antisipasinya  agar karyawan bagus dan mitra franchisee bertahan kerjasama dengan saya? Sebenarnya itu hal yang alami dalam bisnis. Bisnis apapun , brand yang ke 2, ke 3, dst atau kita sebut sebagai follower biasanya lahir kebanyakan dari bisnis yang pertama/ pionir. Belajar dan ingin mendapatkan yang lebih baik lagi untuk masa depan adalah hal yang fitrah bagi manusia. 

Dalam Islam kita memang harus mengajarkan walaupun hanya 1 ayat. Atau menyebarkan ilmu walaupun sedikit. Dalam pandangan saya ilmu bukan hanya ilmu agama saja tapi juga ilmu ilmu terapan lain. Sepertinya kita harus legowo saja dan mungkin malah bersyukur karena ilmu yang kita berikan bisa bermanfaat luas bagi ybs. Jika dalam bisnis, mungkin secara perjanjian bisa saja kita buat "pasal jaga jaga", tapi secara hukum tidak akan  mudah mengikat kejadian kasus follower jadi kompetitor itu supaya tidak akan terjadi. Tapi bisa saja mungkin kita bisa menuntut pelakunya secara perdata jika kita merasa hal itu terjadi dan dianggap melanggar hak cipta. Tapi secara pemikiran umum masyarakat bisnis juga pasti merasa ini terlalu berlebihan karena tidak mungkin kita minta perusahaan bapak adalah satu satunya franchise bidang usaha toko ritel A  yang ada di Indonesia tanpa boleh ada franchise Toko Ritel sejenis produk toko/ outlet A lainnya di masa depan. 

Misal nanti kita punya mitra investor franchisee yang sudah ambil franchise toko ritel A selama 5 tahun. Tapi ternyata  di 2 tahun, dia merasa bisnis ini bagus dan merasa sudah bisa melanjutkan bisnis sejenis  tanpa support dari kantor pusat brand A. Misal dia berpikir supply produk bisa dia dapat dari grosir lain atau ada dari pemasok langsung yang bisa diusahakan. Dan operasional bisa dia tangani sendiri atau dia buat team intern sendiri. Lalu dia putuskan lepas dari kantor pusat A, bikin Brand sendiri untuk produk yang sejenis dengan produk brand A. Dalam banyak kasus di bisnis franchise itu sering sekali terjadi dan kantor pusat franchise nyatanya tidak bisa lakukan tuntutan apapun kepada mitra franchisee kecuali yang sudah tercantum di perjanjian franchise, sbb:

Kita bisa jatuhkan DENDA, misalnya ( bisa kita masukan di perjanjian ):
1. Bagi PIHAK KEDUA sebagai franchisee yang memutuskan kontrak perjanjian kerjasama franchise secara sepihak sebelum masa kontrak 5 tahun, maka wajib membayar denda senilai, misalnya Rp. 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ) kepada PIHAK PERTAMA sebagai franchisor
2.  Setelah putus kemitraan dengan PT.A, maka PIHAK KEDUA wajib melepas semua atribut menyangkut Merk dan Logo yang terkait eksistensi Toko juga system IT software kasir yang digunakan di Toko dalam waktu paling lama 1 minggu setelah kontrak putus
3. PIHAK KEDUA tidak diperkenankan untuk mengcopy, menggandakan seluruh Buku Buku Panduan Standarisasi Franchise brnd A untuk digunakan di bisnis lain sejenis setelah kontrak putus
Klausul Denda ini nanti bisa kita tambahkan di perjanjian franchise sebagai "pasal jaga jaga"

Itupun mungkin dari pihak franchisee bisa menyerang balik franchisor mengenai alasan dia keluar dari perjanjian, mungkin dengan menyebutkan jika selama ini manajemen tokonya yang merupakan franchisee tidak mendapat support selayaknya yang dijanjikan dalam perjanjian franchise. Maka hal ini bisa saja jadi proses perdebatan jika dipermasalahkan. Itu juga akan berisiko besar bagi pihak franchisor dan berpengaruh pada franchisee lainnya yang masih ada.

Maka dalam bisnis franchise penting sebaiknya kita membuat factor barier, tujuannya agar tidak mudah pihak lain baik dari luar ataupun dari anggota franchisee Anda sendiri masuk ke bisnis ini secara terpisah, menduplikat system kerja sebuah bisnis yang dia sudah jalani atau amati prosesnya dan melihat jika prospeknya  akan menarik. Semakin kompleks dia merasakan repotnya kalau harus mengikuti perusahaan pioner dan berisiko gagal akan lebih besar dibanding kemungkinan berhasil, maka semakin susah pihak lain mencoba menjadi follower bidang bisnis Anda dan semakin susah lahir kompetitor selevel di bisnis yang Anda sudah sangat berpengalaman, memiliki team kantor pusat yang piawai handal dan sudah punya brand yang dikenal luas dengan citra unggul. 

Sebagai sharing saya jelaskan apalagi bahwa jika produk Anda ini adalah produk yang mudah sekali untuk didapat supplynya dimanapun atau mudah diproduksi dengan kualitas yang hampir sama dengan produk benchmark, memang hal seperti yang bapak khawatirkan ini sangat mungkin terjadi. Tapi ada hal yang membuat mitra franchisee akan sangat menghargai pihak franchisor dan merasa bahwa franchisor punya peranan sangat penting dalam sukses bisnis toko franchisenya selama ini, mungkin bisa dipertimbangkan cara sbb:

1. System kerja dibuat semodern mungkin, maka saya sarankan dari awal untuk menggunakan software IT yang custom sebagai system software kasir dan pembukuan. Jika perlu system operasional dan customer relation juga menggunakan software custom khas produk A. System kasir dan service operasional yang kita custom dengan fitur fitur khusus khas dari PT. A ini yang akan membuat toko franchise A punya ciri khusus dan memberi kemudahan kepada franchisee sekaligus memberi sinyal kepada mitra yang ingin putus bahwa tidak mudah membangun system seperti ini jika nanti putus kontrak. Jika takut justru nanti dari karyawan sendiri yang akan mengajak investor membuat bisnis yang sama, maka kita buat kontrak eksklusif dengan vendor IT tsb untuk tidak membuat aplikasi sejenis untuk klien lain di bidang usaha yang sama. Membuat perjanjian legal B to B lebih efektif dibanding perjanjian B to personal, karena setiap perusahaan punya identitas legal yang jelas dibanding pribadi yang tidak terikat hukum usaha. 

2. Perhatian yang intensif dan tulus. Strategi yang cerdas atas masalah yang terjadi di toko/ outlet sebagai opsi solusi yang disarankan kantor pusat. Selama masa kontrak franchise berjalan, kantor PT.A sebagai kantor pusat/ franchisor harus betul betul memberikan arahan teknis nyata kepada manajemen toko. Training rutin, coaching rutin, komunikasi via WA group untuk bantu memecahkan masalah toko, email strategi marketing selain Buku Standarisasi yang sudah disampaikan. Ini menyangkut karma baik. Jika kita berikan perhatian yang sungguh sungguh dan mitra franchisee merasa Tokonya sukses karena bantuan arahan, ide cerdas dan support moril dari franchisor, maka biasanya mereka akan enggan berpikir untuk lepas dari franchisor. Bahkan seteah 5 tahun mereka cenderung akan memperpanjang kontraknya dan bahkan tidak akan segan mereferensikan bisnis franchise brand A ini ke rekan investor lainnya. 
    
Juga misalnya bapak menggunakan biro konsultan/ mentor dalam membuka perusahaan franchise, bapak bisa minta kesepakatan/ perjanjian dengan biro konsultan/ mentor tsb bahwa konsultan tidak akan membantu klien lain untuk membuka konsep franchise yang sama/ sejenis dengan produk franchise PT.A.  Saya sendiri merasa membuat perjanjian dengan biro konsultan akan lebih mudah dan lebih memungkinkan dibanding mengikat karyawan atau klien franchisee. 

Yang terpenting saya pikir, bapak harus berusaha membangun perhatian yang layak proporsional dengan skill karyawan berpotensi, iklim kerja yang menyenangkan bagi karyawan dan iklim kerja yang menguntungkan untuk mitra franchisee yang menciptakan persepsi bahwa kalau saya keluar dari franchise brand A  atau lepas kemitraan dari PT.A, belum tentu saya bisa buat suasana iklim kerja dan iklim usaha seperti di brand A biarpun secara teknis saya sudah paham semua prosesnya. Justru pembedanya bukan pada produk lagi, tapi lebih di hal hal yang tidak bisa dibeli seperti perhatian, kecepatan respond, kecerdasan memberi opsi solusi, skill mentraining atau membimbing SDM toko/ outlet. Itu adalah hal hal intangible yang susah diusahakan sendiri atau dibeli di luaran, atau paling tidak itu butuh proses dan upaya keras untuk bisa sampai level seperti itu. Selama itu dirasakan masih yang terbaik sudah bisa didapat dari kantor pusat saat ini dan lebih baik menjaga daripada melepaskan lalu membuat baru lagi dari awal bahkan belun tentu berhasil. Maka itu akan menjaga karyawan potensial atau investor franchisee tetap bersama Anda dalam jangka panjang harusnya jadi salah satu prioritas kerja perusahaan. 


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)