Selasa, 01 Oktober 2019

Bagaimana Strategi Marketing Esemka?



Ada pertanyaan mengenai Esemka Bima pick up yang baru dilaunching oleh Pak Presiden. Kenapa tidak ada woro woro kejelasan showroom, brochure, iklan media dll, padahal disebutkan sebagai level Mobil Nasional? Bagaimana kira kira prediksi strategi marketingnya?

Selamat datang Esemka, akhirnya dilaunching juga. Saya tidak membahas dari segi politiknya walaupun ini pasti bisa jadi isyu karena selalu brand Esemka ini dikaitkan dengan Presiden. Menurut saya dari segi startegi marketing, inilah brand paling beruntung di Indonesia karena "seperti memiliki" brand ambassador dengan icon seorang Presiden. Dengan icon sekelas ini maka brand awareness bisa dilambungkan tinggi dan gaungnya terdengar secara nasional walaupun seperti tanpa marketing tools yang disebutkan tadi, tanpa showroom, tanpa brochure, tanpa iklan media, tanpa ikut pameran otomotif sebelumnya. Tapi saat ini kenyataannya semua orang mencari tahu mengenai Esemka, walaupun mungkin dari sudut pandang yang berbeda beda. Sebuah "kemewahan dan lompatan" yang tidak dimiliki oleh brand mobil lain yang baru akan launching produk pertamanya.

Untuk strategi sales, Bima 1.2 dan 1.3 adalah type pick up yang merupakan jenis mobil pekerja, bukan mobil penumpang atau mobil identitas untuk dipakai personal penumpang yang mengacu kepada lifestyle. Mungkin saja perusahaan sudah memikirkan bahwa saat ini mereka belum perlu membuat prioritas biaya pada showroom ideal seperti mobil mobil penumpang lain, karena penyebarannya ditargetkan ke desa desa untuk mengangkut hasil bumi. Bisa saja menggunakan skema pembiayaan via koperasi atau BPR. Menempatkan unit unit pickup Bima sebagai contoh di lokasi kantor koperasi atau unit BPR dengan dilengkapi salesman dan brochure. Lebih efektif dan murah, tidak perlu membuat showroom tapi cukup membuat booth. Bisa lebih menarik lagi jika ada unit Bima dipamerkan di mall atau kawasan umum lain di kawasan perkotaan yang sudah di karoseri untuk keperluan foodtruck atau jual kopi dan fresh drink yang dilengkapi cooler box untuk pengangkutan bahan ice dan buah. Visualisasi nyata begini bisa membangkitkan motivasi para pengusaha untuk tertarik membeli Esemka versi mobil UKM. Untuk tujuan menjual pickup komersil rasanya masih belum perlu showroom karena untuk mobil pekerja komersial seperti ini tidak perlu terlalu dicek interior, fitur, kualitas bahan interior atau bahkan tidak perlu test ride sebelum akad pembelian dilakukan seperti pada kebanyakan jika kita ingin membeli mobil penumpang atau mobil lifestyle. Jika nanti tahap pengembangan perusahaan  sudah sampai pada produksi unit mobil penumpang seperti SUV, MPV atau sedan, baru bisa dikembangkan Showroom di kota kota besar.

Untuk strategi service, bisa dengan home service atau kunjungan ke lokasi unit. Tinggal kirim Esemka mobile service dengan teknisi handal, itu bisa juga jadi strategi efektif ekonomis. Lengkapi dengan aplikasi IT di HP untuk setiap pembeli unit Esemka untuk pencatatan riwayat tiap tiap unit mobil dan komunikasi aftersales secara direct kepada pembeli unit Esemka. Sepanjang bukan perbaikan berat dan masih bisa diperbaiki di lokasi mobil berada, strategi ini masih bisa dilakukan. Untuk perbaikan masalah berat yang membutuhkan tools khusus maka baru unit yang rusak dikirim ke service station. Service station ini bisa hanya dibangun di kota mana distribusi unit pickup terbanyak atau kota dimana unit ini lebih berprospek untuk diserap pasar. Mempertimbangkan biaya investasi yang masih terbatas maka belum perlu mendirikan service station ini ke seluruh kota di Indonesia. Prioritas pendirian lokasi service station mungkin bisa sekalian showroom dan sales ini untuk lebih mendekatkan dan memberi kemudahan kepada konsumen langsung, dengan pendekatan bertahap menurut urgensi.

Untuk strategi branding, bisa meniru branding motor baru yang sering membuat event touring ratusan km jelajah negeri. Touring ini selain untuk memperkenalkan langsung unit ke kota kota yang dikunjungi juga bisa menjadi ajang pembuktian ketangguhan mesin mobil. Tapi sehubungan dengan daya angkutnya yang besar, maka ada baiknya sambil diselipkan kerja bakti sosial. Misal membawa sembako atau baju peralatan sekolah, bahan bahan bangunan, alat alat produksi ke daerah target. Bisa untuk memberi gambaran daya angkut pick upnya yang kuat dan luas dan bisa mengirim ke berbagai macam kondisi medan.

Maka saya pikir kemunculan Esemka yang saat ini adalah perusahaan swasta kelas lokal tetap harus didukung agar dimasa depan  bisa jadi mobil nasional yang memproduksi aneka macam type mobil niaga, pekerja atau SUV, MPV , penumpang jenis sedan atau bahkan mobil listrik, yang dimiliki sahamnya oleh perusahaan swasta kelas nasional atau BUMN atau bahkan ditawarkan sahamnya ke masyarakat luas dengan IPO. Kandungan bahan lokalnya 100% dengan tenaga kerja 100% anak bangsa. Banyak anak bangsa cerdas bidang otomotif yang saat ini kerja di perusahaan mobil di luar negeri. Dengan adanya wadah perusahaan mobil nasional ini, mereka bisa menerapkan design dan teknologi otomotif dari pemikiran designer dan teknokrat anak bangsa juga. 

Bagaimanapun prokonnya di masyarakat, kehadiran Esemka tahap awal ini harus kita support. Ini merupakan upaya awal untuk menuju tahapan Mobil Nasional. Membangun industri mobil mandiri bukannya mudah, tahap awal memang harus belajar dulu dari model dan teknologi mobil yang sudah ada, yang penting di action plan selanjutnya ada tahapan ke arah implementasi industri mobil nasional sampai nanti manufacture dan kandungan lokalnya bisa total 100%. Makin banyak mitra vendor komponen lokal yang bisa support Esemka, sehingga membuka banyak kesempatan dan lapangan kerja lokal baru. 

Mungkin pada saat Garuda dan Rajawali, type mobil SUV yang sudah lebih premium, bahkan yang versi executive seperti Moose, maka seluruh system perangkat bisnis industri mobil seperti umumnya sudah akan lebih lengkap dan lebih baik. Kualitas terbaik dan harga terjangkau akan memudahkan bersaing dengan ATPM lain yang sudah berakar di Indonesia. Memang faktanya kandungan lokal Avanza dan Innova bahkan sudah lebih besar dari pickup Esemka Bima 1.2 saat ini. Tapi jika "Esemka" digadang gadang jadi cikal bakal mobil brand nasional, maka lebih baik dimulai sekarang daripada tidak mulai mulai juga sama sekali. Industri mobil brand nasional kita sudah jauh tertinggal dari Malaysia bahkan Vietnam.


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)