Selasa, 01 Juni 2010

"KARMA"

TANYA:"KARMA"

Apakah Karma itu ada dan sukses tidaknya bisnis bisa dipengaruhi oleh karma?
Terimakasih ( Cinthya-Pluit )

Jawab:
Salam Karma baik bu Cinthya! Karma itu seperti kita menendang bola dari dasar sebuah lapangan berbentuk mangkuk setengah bola. Walaupun kita menendang jauh bola tersebut, sempat berkeliling sampai ke pinggiran lapangan, melintas kesana kemari, sempat berkeliling berputar beberapa kali tapi tetap saja berakhirnya di tempat semula kita menendang. Pada akhirnya kembali lagi ke si penendang bola di dasar mangkuk. Tinggal kita yang menendang bola dengan niat positif atau niat negative. Kita akan menerima kembali bola tersebut dengan laju bola mengarah keras ke wajah atau menghujam ulu hati kita atau menerima bola perlahan dengan tangkapan manis dan mantap.

Karma itu sebetulnya buah dari bibit yang kita tanam. Jadi sifatnya sangat wajar, hanya saja mungkin namanya terdengar mistis ya, K A R M A. Saya katakan wajar karena sebetulnya pasti ibu juga sering mengalami walaupun tidak disadari. Tidak usah menyangkut bisnis, coba kita rasakan dalam kehidupan sehari hari saja.

Karma buruk seperti: Orang yang mencari uang dengan cara tidak halal, mungkin naik kekayaannya secara cepat tapi juga mungkin cepat jatuh lagi ekonominya bahkan martabatnya. Orang tua yang tidak bisa menjalani hidup berkeluarga dengan baik dan harmonis berdampak ke anak anaknyamungkin mengalami jalan hidup yang tidak mulus karena pengaruh trauma psycologis dari contoh hdup dan perilaku orang tuanya. Suami yang suka nyeleweng dari perkawinannya mungkin akan juga sama diselewengkan oleh istrinya, atau anak wanitanya mungkin akan susah mendapat calon yang tepat karena terus dipermainkan laki laki. Orang yang terus saja terbiasa meminjam uang tanpa niat baik mengembalikannya kembali mungkin akan terus kesulitan mendapatkan pekerjaan yang baik atau rejeki yang luas. Orang yang pelit, kikir setengah mati dan tidak peduli kesusahan sekitarnya jugamungkin susah mendapat bantuan dari orang lain jika dia sedang kesusahan. Intinya kalau kita pernah merugikan, menyakiti, merendahkan orang lain, maka sewaktu waktu kita akan dapat perlakuan/ akibat sama dengan yang pernah kita lakukan. Maka jangan komplain, sebaiknya koreksi diri dan lihatlah masa lalu.

Sebaliknya Karma baik seperti: Orang yang mencari rejeki dengan cara yang halal dan lurus, walaupun pelan pelan tapi pasti akan mencapai keberhasilan, Keluarga yang orang tuanya harmonis, saling menghargai dan menyayangi dengan tulus akan memiliki anak anak yang optimis, berhati-tingkah laku yang baik dan berbakat tinggi karena telah melihat contoh yang baik dari hubungan kedua orang tuanya, Pacar yang setia menjaga komitmen pada satu pacarnya akan mendapat kesetiaan yang lebih dari pasangannya sampai menikah dan punya keturunan untuk hidup rukun selamanya, Orang yang bisa menghargai orang lain, akan lebih memiliki banyak teman dan disukai lebih dari orang lain.

Kita adalah manusia, lapangan mangkuk setengah bola adalah Alam Semesta. Karena kita ini manusia adalah bagian dari Alam Semesta. Sementara Alam Semesta terus mencari keseimbangan. Keseimbangan adalah pada saat bola yang bergulir itu bisa berhenti dan diam, itu disebut seimbang. Timbangan dalam kondisi seimbang jika berat beban kiri kanan sama, diam-seimbang. Alam semesta juga mencari keseimbangannya sendiri. Yang baik diganjar kebaikan, yang jelek diberatkan dengan kejelekan.  Yang uniknya mungkin kita tidak langsung menerima karmanya, tapi mungkin pasangan kita, keturunan kita, cucu kita, saudara kita. Maka kalau menerima karma baik akan bahagialah keturunan kita, tapi kalau karma jelek yang kita wariskan kepada keturunan kita, yang menderita karena buah dari perbuatan kita, maka apalah arti kita hidup di dunia ini. Tapi karma bukan takdir. Nasib orang tetap bisa berubah dengan merubah perilaku, karakter, kebiasaan , keilmuan, maka perbuatan jelek orang tua misalnya, tidak akan menurun langsung  kepada nasib jelek anaknya. Asal anak tersebut berusaha.

Dalam bisnis yang sudah wajar dihitung dalam untung rugi, pastilah Karma ini lebih berlaku lagi dalam bentuk yang lebih nyata dan sederhana. Karma buruk: Kita membuat bisnis orang lain rugi secara tidak sportif, pasti sewaktu waktu kita juga akan dirugikan oleh orang lain lagi. Memberi product rusak kepada konsumen pasti bisnis tidak akan berlangsung lama karena banyak kompain. Memalsukan produk brand orang lain untuk keuntungan besar dalam waktu singkat maka sewaktu waktu akan ada tuntutan hukum. Tidak fair kepada karyawan yang potensial pasti karyawan tersebut akan dibajak oleh perusahaan lain.  Karma buruk yang sederhana dan nyata bukan?

Sebaliknya kalau bisnis kita bersinergi dengan lingkungan, memberi manfaat dan kebaikan untuk masyarakat sekitar, bisa jadi ada huru hara pun tempat usaha kita akan dijaga oleh masyarakat sekitar karena merasa perusahaan ini telah menjadi bagian dari mereka, satu keluarga. Menggaji karyawan dengan berorientasi kepada keuntungan yang bisa diberikan kepada perusahaan maka karyawan potensial tsb akan semakin loyal kepada perusahaan, menjaga kualitas produk maka akan menjaga kepuasan konsumen, menjual dengan harga yang wajar dan takaran yang jujur maka akan banyak langganan, menepati janji dengan mitra bisnis maka akan mudah mencari partner bisnis yang lain, membayar hutang usaha tepat waktu maka akan mudah mendapatkan pinjaman dari banyak institusi financial lain. Sesederhana itu dan semuanya masuk akal. Tapi tentu tidak mudah dilaksanakannya, apalagi dalam rangka mencari keuntungan sebesar besarnya di tengah persaingan bisnis yang ketat. Maka berbisnislah dengan hati, bukan dengan nafsu dan sifat serakah. 

SEMANGAT SUKSES ( Mirza )