Tanya :
Di tahun lalu saya merasa bermasalah dengan cara
menilai karyawan saya, mana yang baik, berpotensi dan memberikan kontribusi
buat perusahaan saya dan mana yang hanya menjadi beban bagi perusahaan.
Kenyataannya di lapangan susah sekali saya mendapatkan loyalitas dari karyawan
dan kinerja usaha 2017 secara umum menurun.
Jawab:
Selamat Tahun Baru 2018. Semoga semakin efektif
dan efesien bapak bisa mengelola karyawan. Dalam perusahaan biasanya memang ada
PIC bagian SDM (Sumber Daya Manusia) yang bertugas mulai dari merekrut
karyawan, memberikan pendalaman skill dan pembentukan behaviour nilai nilai
budaya perusahaan, sampai memecat karyawan. Tapi kalaupun dalam perusahaan skala
kecil tidak memiliki department SDM sendiri maka setiap pimpinan yang ditunjuk
wajib "mencatat" kinerja setiap karyawan atau anggota team yang jadi
tanggung jawabnya. Pada intinya pimpinan harus secara nyata bisa melihat,
memantau, menganalisa kinerja bawahannya baik secara teknis maupun nonteknis
yang ada pengaruh ke kinerja profesional. Tapi dengan catatan, Anda sebagai
pimpinan juga terlebih dahulu harus memenuhi kewajiban Anda seperti menjaga
karyawan gajian tepat waktu dan tepat jumlah, benefit dan bonus lain yang
memang jadi hak mereka jangan dipotong tanpa penilaian dan ketentuan tertulis
yang jelas dan telah disepakati bersama. Karena bagaimanapun kebanyakan
karyawan perusahaan kecil menengah umumnya datang dari keluarga ekonomi kecil
yang sangat membutuhkan gaji untuk bertahan hidup. Jika mengenai uang tsb ada
masalah, biasanya langsung akan menurunkan motivasi karyawan dalam bekerja
termasuk dalam memberikan kinerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Jadi bisa
dianalisa dahulu mengenai kewajiban perusahaan tsb apa sudah dipenuhi dengan
baik. Jangan sampai pimpinan memberi penilaian jelek kepada karyawan, sementara
dari perusahaan sendiri belum memberikan hak karyawan secara benar. Jika bicara
mengenai gaji, maka sudah kewajiban pengusaha menggaji karyawannya secara tepat
waktu dan tepat jumlah. Penilaian terhadap kelayakan gaji bisa saja dilakukan
pada saat usaha sudah mencapai waktu kelola yang wajar.
Setelah perusahaan menyempurnakan hak semestinya
karyawan, dan melengkapi semua kebutuhan kerja yang dibutuhkan untuk team mampu
mencapai target kerja atau target omzet, maka baru perusahaan berhak menuntut
kinerja terbaik dari karyawan. Tinggal nanti perusahaan bisa menseleksi secara
KPI (key Performance Indicator) siapa karyawan yang bisa terus dan siapa
karyawan yang harus selesai. Sebetulnya mudah saja bagi pimpinan perusahaan
memutuskan nasib karyawan jika memang kenyataannya perusahaan bisa menentukan
sikap yang tegas kepada karyawan, karena semuanya sudah dengan pencatatan dan
penilaian sesuai prosedur. Banyak alat dan fungsi kontrol yang bisa dijadikan
parameter penilaian karyawan, misalnya dari catatan finger scan absen, komplain
pelanggan pada nama karyawan tertentu, tidak tercapainya omzet pribadi atau
omzet grup, pelanggaran tata tertib perusahaan, dll.
Sebaliknya untuk memancing peningkatan kinerja
karyawan, perusahaan juga jangan pelit untuk memberikan benefit, bonus, baik
dalam bentuk promosi kenaikan jabatan, kenaikan gaji, peningkatan skill melalui
training, sampai fasilitas khusus misalnya kendaraan bermotor dll. Maka
karyawan akan menjadikan sebagian kecil karyawan yang sudah pernah mendapatkan
benefit bonus tsb sebagai benchmark dari meniru bagaimana cara mereka bersikap,
bekerja meraih target, memenuhi tata tertib perusahaan, membangun jaringan dan
meningkatkan kompetensi diri.
Untuk membangun komitmen dari setiap pihak, maka
perlu bagi setiap pihak berpikir dari "sisi mitra masing masing".
Misalnya jika saya karyawan, justru saya harus berpikir dari sisi perusahaan.
Sebagai pemilik perusahaan, apa hak perusahaan terhadap karyawan? memberi gaji,
meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengapresiasi kinerja dan kompetensi
karyawan, memberi fasilitas tambahan, dll. Gunanya agar pemilik perusahaan
benar benar bisa mengikat karyawan karyawan inti yang sangat berharga bagi
perkembangan perusahaaan, karyawan yang dipandang sebagai asset perusahaan.
Karena begitu perusahaan tidak care kepada karyawan asset ini, maka perusahaan
lain siap menerimanya dengan perlakuan yang lebih baik
Maka sesungguhnya antara karyawan dan perusahaan
sama sama memerlukan dalam perjanjian yang fair. Juga sebagai pimpinan, Anda
harus punya kepercayaan kepada kinerja bawahan Anda. Bagaimana Anda sebagai
pimpinan bisa meminta pertanggung jawaban dari team Anda jika semua keputusan,
pertimbangan, strategi, action, semuanya dari A to Z harus Anda sendiri yang
turun tangan. Team Anda hanya jadi boneka karena mereka tidak punya wewenang
kerja apapun. Bahkan jikapun mereka sudah bekerja benar dan jujur, masih juga
diprasangka tidak jujur tanpa bisa dibuktikan bagaimana mereka melakukan
kecurangan. Kadang bagi sebagian karyawan, gaji bukanlah segalanya. Mereka bisa
jadi karyawan yang bisa cukup sabar menerima kenaikan gaji, kenaikan posisi,
asal pekerjaan dan pemikiraan mereka diapresiasi secara profesional oleh
pimpinan di perusahaan.
Karyawan juga manusia biasa, punya harga diri
dan perasaan juga. Maka kelola dan perlakukanlah karyawan Anda secara tegas,
proporsional sekaligus bersahabat. Maka dengan sendirinya karyawan akan menjadi
senjata dan asset bagi perusahaan Anda tanpa Anda harus tegang urat leher dan
emosi terus.
SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)