Rabu, 01 April 2015

MENGAPA SAYA SELALU SALAH?

Tanya : Mengapa Saya Selalu Salah ?

Selamat Sore Pak Mirza
Sering saya mendengar para motivator berbicara dan memberi nasehat seolah hidup ini mudah. Mungkin bagi mereka mudah karena mereka kaya, berhasil dan sukses hidupnya. Tapi lebih banyak lagi yang hidupnya susah dan spt saya selalu disalahkan dimanapun saya berada. Bagaimana menurut bapak?

Jawab NN

Selamat sore juga sahabat,
Tahu tidak, kebanyakan para motivator tsb awalnya juga awal mulanya hidup susah, banyak yang datang dari keluarga yang berkekurangan, kadang orang tuanya bercerai, bisnisnya pernah gagal total, atau bahkan sering dicaci maki orang lain. Mereka bisa berhasil dan sukses sekarang dan dikenal orang sebagai motivator karena justru berhasil bangkit dari banyak keterpurukan. Meskipun begitu mereka menolak untuk terus jatuh dan hidup dalam kegagalan. Sekarang mereka berhasil dan ingin membagi resep hidupnya kepada mereka yang pasti juga membutuhkannya untuk inspirasi dan motivasi. Jadi bukan situasi sekarangnya yang harus Anda lihat, tapi bagaimana proses mereka bisa membangun sukses hidupnya.

Ingat, orang yang selalu merasa dirinya disalahkan  dan dikorbankan adalah orang yang keras kepala dan tidak terbuka pikirannya. Tidak bisa koreksi diri. Saya tidak salah. Harusnya orang lain yang minta maaf pada saya. Tapi memang begitulah kenyataannya. Kebanyakan mereka hanya iri pada orang orang yang hidupnya lebih sukses atau nyaman dibanding mereka yang selalu merasa gagal. Jangan begitu, lelah dan kecewa rasanya. dengan hidup jika hanya diisi oleh perasaan dengki dan merasa susah dengan kesuksesan orang lain.

Orang orang seperti ini selalu merasa tidak diperlakukan dengan baik oleh sekelilingnya dan jadi orang yang paling menderita sedunia. Apa yang dilakukannya selalu salah. Itu karena dia selalu memandang masalahnya dari sudut pandangnya sendiri. Sayangnya lebih menggunakan rasa tapi tanpa logika. Kalau olah rasa ini lebih negatif maka olah pikir/logika akan kalah dan akan mengarahkan semua tindakan dan mindset ke arah negatif. Tidak mencoba memandang dari kacamata pihak lain yang terkait dengannya. Pertanyaannya apakah apa yang dikerjakannya atau yang disikapinya itu sudah benar, sudah tepat, sudah maksimal, sudah sesuai dan sudah pantas bagi sekitarnya? Mari kita bahas contoh contohnya dalam kehidupan sehari hari.

Banyak dari karyawan sudah merasa kerja sibuk dari pagi sampai malam tapi merasa kurang dilihat bos dan tidak mendapat promosi yang cepat, lalu mulai menyalahkan orang lain, dept lain, bosnya, merasa tidak diperlakukan adil. Pertanyaannya kerja sibuk beda dengan kerja efektif. Ada anak yang merasa diperlakukan tidak adil dibanding saudaranya yang lain. Maka dia cenderung menjadi lebih menantang orang tuanya dan jadi bebal. Tapi orang tua merasa sudah mendidik dgn baik dan adil, sementara saudara saudara yang lain kenapa bisa  bersikap positif dan lebih hormat pada orang tua. Tanya kenapa? Pertanyaannya, apakah sikap jelek anak dipengaruhi dimana dia bergaul dan siapa temannya? Tapi susah dinasehati sehingga orang tua bisa jadi putus asa dan membiarkan.

Lagi pula orang tua tidak bisa menjaga anaknya yang sudah mulai remaja sepanjang hari. Ada juga diantara kawan merasa paling dijauhi, tidak ada yang mau berkawan dengan dia dan merasa kawan kawannya semua jahat dan membencinya. Pertanyaannya bagaimana bisa baik berkawan kalau kawan cuma untuk dipinjam uangnya dan tidak pernah dikembalikan? Semua kawan sudah tahu karakter jeleknya. Tapi karena keras kepala dan selalu merasa benar dia tidak melihat kejelekannya. Yang dilihat dan prasangka selalu kesalahan kawan lainnya karena memperlakukannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Semua hanya mengenai "aku" dan bukannya "bagaimana aku bisa menyenangkan orang lain". Maunya hanya "diberi" tapi tidak berniat untuk "memberi".

Setiap kita akan jadi seperti apa yang kita perlakukan kepada orang lain. Karena apa yang kita tanam itulah yang kita tuai. Koreksi dulu diri Anda dan perbaiki. Setiap orang dewasa punya keputusan untuk memilih dan harus konsekuen dangan keputusannya. Maka hati hati dalam memilih karena tidak semua pilihan baik. Anda harus bisa mencari inspirasi kebaikan buat makanan hati Anda dan memotivasi pola pikir Anda untuk hal hal dan tindakan yang lebih positif. Jangan berprasangka jelek baik kepada orang lain, apalagi pada diri sendiri. Jika Anda tidak bisa menghargai diri sendiri, lalu bagaimana Anda bisa berharap orang lain bisa menghargai Anda. Anda pasti bisa, mampu dan bisa berguna bagi sesama. Pada akhirnya hanya berikan yang terbaik, terpantas, bermanfaat pada orang dan lingkungan sekitar Anda. Maka hidup Anda akan lebih bahagia. SEMANGAT SUKSES (Mirza A.Muthi)