Sabtu, 01 Juni 2019

Kenapa Jadi Pengusaha?


Ada pertanyaan kenapa ada orang yang walaupun sudah berkali gagal bikin usaha, tetap saja dia terus mencoba bikin usaha lagi?
Karena bagi mereka atau bagi saya pribadi, membuka usaha bukan sekedar mencari nafkah, tapi juga adalah cara beribadah. Sebagaimana yang kita sama sama tahu bahwa Nabi Besar Muhammad SAW adalah pedagang. Mungkin jaman dahulu, usaha adalah dagang. Dagang adalah jenis usaha yang paling konvensional , paling tua dan sederhana. Saya mencoba menganalisa kenapa lebih baik seorang muslim berdagang atau membangun usaha?

Sebagaimana setiap muslim pahami bahwa ibadah didefinisikan sebagai nilai positif dari hubungan yang dibangun. Hubungan manusia kepada Alloh SWT Maha Pencipta dan hubungan manusia dengan manusia. Nilai positif hubungan antara umat dengan Tuhannya adalah pahala. Tapi siapa yang yakin bahwa ibadah seorang ummat diterima Alloh SWT? Sebagaimana kita beribadah untuk pribadi, sholat wajib dan sunnat, puasa, zakat, naik haji dan umroh, mengaji, berdoa, berdzikir dan amalan amalan lain. Walaupun rasanya kita sudah bersungguh sungguh beribadah, lalu dari ibadah yang mana yang kita yakin akan diganjar pahala? Seberapa besar pahala yang telah kita kumpulkan selama hidup ? apakah sudah cukup untuk bekal kita di akhirat nanti agar terhindar dari siksa neraka? Siapa manusia yang pasti tahu ? Hendaknya sebagai hamba kita tetap berusaha beribadah sebaik baiknya, sekhusuknya, seiklashnya, dan walaupun kita tidak tahu dari amalan ibadah mana yang berpahala bagi kita, tetap kita berprasangka baik kepada Alloh SWT untuk menerima seluruh amal ibadah kita. 

Itu hubungan vertikal kita dengan Tuhan kita. Tapi dalam hubungan antar manusia, yang sudah pasti kita berinteraksi setiap hari dengan sesama manusia, bisa kita rasakan dan amati langsung. Jalanilah fitrah manusia sebagai rahmat bagi manusia lain dan seluruh alam. Lebih baik memberi daripada menerima, yang berlebih memberi yang kekurangan, dan banyak lagi ajaran tentang pola hubungan antar manusia yang bernilai positif.  Jikapun kita tidak tahu pasti bahwa Alloh SWT mengganjar pahala bagi upaya kita, misal dengan jadi pengusaha lalu menggaji karyawan atau pekerja kita. Tapi secara fakta kita sudah yakin bahwa karyawan atau pekerja kita bahagia setiap menerima gaji /upah yang digunakan untuk menghidupi keluarga mereka, istri dan anak anak mereka. Gaji atau upah yang kita keluarkan untuk karyawan dan pekerja di usaha kita jelas memberi manfaat positif dan itu bisa memancing doa dan rasa syukur dari karyawan kita atas pekerjaan yang dilakukannya sehari hari. Tidak jelas memang apa ini yang pantas disebut sebagai rahmat bagi sesama manusia. Tapi yang jelas dengan kita jadi pedagang atau jadi pengusaha, sekalipun hanya usaha kecil yang mempekerjakan 1-3 orang pekerja saja, tetap hasil yang disharing ke mereka bisa nyata membawa kebahagiaan bagi mereka dan keluarganya. Bagaimana kalau pekerjakan 30 orang, 300 orang? Belum lagi pihak lain yang ikut tergerak rejekinya karena usaha kita, supplier, pengantar barang, mungkin sampai tukang sampah. Memberi "penghidupan" bukan seperti memberi zakat, infaq atau sodaqoh kepada seseorang. Memberi penghidupan adalah kewajiban untuk ikut mendidik, menggali potensi terbaik seseorang, memberi kesempatan pengalaman kerja, pengalaman hidup  memberi pengajaran selama mereka diberi masa bekerja bersama Anda. Jikapun nanti Anda sudah tidak mempekerjakan mereka lagi, maka dari situ mereka sudah bisa mencari kesempatan dan peluang lain yang lebih baik. Itulah "memberi penghidupan".

Jikapun usaha kita ternyata diganjar pahala oleh Alloh SWT maka itulah berkah bagi kita. Sekeyakinan saya setiap niat dan upaya baik pasti akan diganjar pahala walaupun sekecil biji zarah. Jika tidak bisa memberi uang, berilah mereka sekedar nasihat atau pengetahuan. Bukan hanya sekedar sibuk beribadah sendiri demi tujuan menimbun pahala amal ibadah sendiri tapi jelas tidak bisa menjamin juga bahwa kita akan dapat pahala amal ibadah kita. Atau hanya sibuk bekerja untuk keamanan financial sendiri, menabung sebanyak banyaknya, deposito, invest emas, beli saham, tanpa digunakan dan diputar untuk hal yang ikut melibatkan orang lain dan bisa untuk membantu penghidupan manusia lain.

Bagi manusia berusahalah dan beribadahlah yang pasti secara nyata bisa kita rasakan dan yakini bahwa apa yang kita perbuat dan lakukan jelas berdampak positif bagi manusia lain. Dalam hal ini bisa memberikan penghidupan bagi keluarga orang lain adalah manfaat nyata dalam hal ini manfaat secara penghidupan. Dan itu hanya bisa dilakukan jika kita berstatus sebagai pedagang dan pengusaha. Sebagaimana hal profesi yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW.

Masalah gagal usaha, bangkit lagi dan gagal lagi, itu lebih baik dianggap sebagai ujian dalam upaya kita beribadah. Belum beriman seseorang sebelum dia diuji oleh sakit, kegagalan, kesusahan, kekurangan dan tetap bersyukur. 

Bukan juga seseorang yang hidupnya mulus, senang, aman seperti tidak pernah susah atau tidak pernah bermasalah, maka dia adalah manusia yang paling beruntung, paling mulia  atau paling berpahala. Lalu semua seperti harus mencontoh kepadanya. Bukan juga mereka yang hidupnya kelihatan susah, dicoba jatuh bangun, berjuang keras mengejar tujuan hidupnya, adalah manusia yang paling gagal, tidak beruntung, salah pilihan hidup, berdosa dan tidak punya pahala. Hanya mungkin saja waktu  baiknya bagi dia belum tiba. Setiap manusia punya takdir dan tujuan sendiri masing masing dalam hidupnya. Tidak bisa dipaksakan satu juta manusia harus ikut 100% cara hidup dan tujuan hidup dari satu manusia. Setiap kita punya panggilan hati sendiri. Tapi semua profesi adalah baik. Mau jadi pengusaha, pedagang, karyawan atau sekarang musim pekerja online, semua baik dan selalu lakukan yang terbaik.

Sebaiknya kita sebagai manusia juga jangan coba menjadi hakim di dunia tentang amal ibadah seseorang, bisa menentukan kalau dia banyak dosa , salah jalan atau yang ini lebih mulia dan banyak  pahalanya. Tidak pada tempatnya manusia yang tempatnya salah dan dosa bisa menilai pahala dan dosa manusia lain. Apakah dia sudah merasa menjadi sebagai guru kehidupan? Atau juga bisa mengatur tentang apa yang cocok dilakukan seseorang sebagai jalan hidupnya,  yang bisa menentukan bahwa seseorang harusnya begini, melakukan itu, tidak boleh begini atau salah jika melakukan itu. Juga misalnya mengatakan bahwa dia tidak bisa usaha, lebih baik jadi pekerja. Gagal terus kalau bikin usaha, cuma buang buang uang. Ini adalah orang orang yang cuma berpikir untuk keamanan dan kepentingan pribadi dan tidak suka memikirkan orang lain. Hidup terus berputar, yang kita lihat hanya sebatas yang kita tahu sampai hari ini. Tapi siapa yang tahu di masa depan justru keadaan berbalik, dia akan jadi lebih sukses dari kita dan justru nantinya kita atau anak anak kita akan butuh bantuan dari dia.

Jangan terlalu memikirkan pribadi, terlalu mencintai diri sendiri, menghindari resiko demi kenyamanan hidup, itu bukan misi manusia diturunkan ke bumi. Padahal Nabi Besar Muhammad SAW pun disaat hidupnya penuh derita perjuangan, jauh dari kenyamanan, sampai di sakaratul mautnya masih terus memikirkan ummatnya...bukan dirinya sendiri. Hendaknya seorang pengusaha adalah juga seorang pejuang, tidak mengharamkan derita dari perjuangan, mau menerima resiko gagal dan tidak hanya mensyukuri dan mendewakan  kenyamanan hidup. Manusia besar tidak lahir dari kenyamanan, tapi dari cobaan, ujian, perjuangan, jatuh bangun yang dialami dan tetap bertahan, bangkit lagi dan bersyukur. Yang terpenting, setiap kegagalan adalah hikmah untuk dipelajari kekurangan dan kesalahannya untuk bangkit lebih baik lagi, tapi bukan untuk berhenti berusaha, apalagi berhenti berusaha  karena dipaksa orang lain. Karena setiap manusia akan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan apa yang dikerjakan selama di dunia ini. Bukan orang lain dan bukan mereka, tapi Anda sendiri yang akan menjawab pertanyaan Ilahi, apa yang sudah Anda lakukan bagi sesama selama Anda diberi waktu hidup di dunia. Maka bersyukurlah bagi mereka yang terus disupport anggota keluarganya untuk terus berjuang menjalani misi hidupnya secara baik dan bermanfaat walaupun jalan hidup tidak selamanya indah.


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)