Ini betul betul tahun yang penuh tantangan. Curhatan senada mengenai kesusahan hidup seperti kena PHK, tidak punya daya beli lagi, dikejar kejar angsuran dan tagihan, rumah, mobil atau motor yang terpaksa harus dilepas ke leasing, anak harus pindah ke sekolah atau kampus yang lebih murah, susah cari kerja ataupun berbisnis, dituntut cerai oleh pasangan, sampai ada rasa putus asa....sampai sejauh mana pengorbanan diperlukan dan sampai kapan cobaan ini akan berakhir. Saat ini mungkin jumlah penduduk atau keluarga mendadak miskin di Indonesia naik 70% dan rata rata masih usia produktif yang tadinya sangat konsumtif.
Secara pribadi, saat ini saya juga
tidak berani gegabah memberikan nasihat ataupun saran karena sayapun termasuk
"korban" dari situasi pandemic ini. Dan secara kenyataannya situasi
ini memaksa semua orang juga jatuh bangun menghadapi situasi ini. Salah dari
mungkin kebanyakan orang yang umumnya adalah, kurangnya persiapan pada saat
situasi masih normal. Salahnya pengelolaan keuangan pada saat situasi masih
normal dan mungkin pada saat normal bahkan situasi ekonomi Anda masih belum
cukup mapan dan solid, sehingga pada saat masih limbung lanjut dipukul jatuh
lagi dengan hook covid 19 mengakibatkan Anda terhuyung huyung atau bahkan ada
yang menjelang Knock Out. Sebelumnya Anda merasa nyaman dan aman dengan cara
Anda menjalani hidup dan mengelola uang karena semua seperti mengalir berputar
dari bulan ke bulan. Airnya masih bisa dibagi bagi ke ember ember yang memang
harus diisi. Namun begitu sumber uangnya mampet atau pompa airnya rusak, maka
semua saluran jadi kering dan sudah tidak ada lagi yang bisa didistribusikan ke
ember ember yang harusnya diisi air. Kita tidak punya tangki penampungan air
yang cukup atau bahkan tidak punya tangki air sama sekali untuk menyimpan air
di saat darurat seperti ini. Maka bencana kekeringanlah yang terjadi.
Situasi ini secara positif harusnya
menyadarkan kita semua, bahwa jika kita bisa selamat dari situasi ini maka ada gaya
hidup dan kebiasaan kelola uang yang harus kita perbaiki dan rubah secara
ekstrim agar kita bisa tetap survive di situasi cobaan berikutnya. Banyak
karyawan perusahaan swasta dipecat, sebaliknya yang dagang makanan atau punya
kios sembako masih bisa bertahan. Banyak asumsi yang tadinya valid saat ini
jadi seperti dimentahkan. Jadi karyawan ternyata bukan situasi yang aman juga.
Jadi pedagang atau pengusaha UKM ternyata bukan pilihan mencari nafkah yang
terlalu beresiko juga. Tidak ada jenis pekerjaan, situasi hidup dan kestabilan
ekonomi yang betul betul aman dan nyaman. Demi keluarga kita, hendaknya dalam
upaya menghasilkan uang, kita berusaha seolah olah kita akan mati esok hari,
sehingga segala sesuatu yang sifatnya pengeluaran uang harus betul betul kita
pikirkan baik baik. Apakah pengeluaran ini perlu atau belum perlu. Apakah ini
kebutuhan atau hanya sekedar keinginan. Dan segala sesuatu
pengeluaran/investasi yang sifatnya bisa menghasilkan uang dan bukan
hanya dari satu sumber penghasilan, harus kita pertimbangkan untuk jadi
prioritas untuk dilaksanakan.
Banyak diantara kita yang bisa
survive di situasi ini karena ada bantuan saudara, sahabat dan teman.
Diantara kita saling bantu sedikit sedikit tapi sambung menyambung. Maka betapa
kita saat ini menyadari, pentingnya tolong menolong sesama kita disaat pandemic
ini. Di masa seperti ini kita menghilangkan keegoisan kita atas apa yang
harusnya jadi hak kita. Belajar berempati pada kesusahan kawan kita atau orang
lain dan aktif membantu sebisa kita selagi kita masih ada kemampuan ekonomi,
mengajarkan bahwa ekonomi bisa dibangun atas dasar ekonomi kerakyatan, tidak
usah besar tapi bergotong royong dan saling bantu dari lapisan lapisan kelas
masyarakat. Bahwa pada akhirnya kita disadarkan bahwa melihat orang lain
bahagia atas sedikit saja bantuan yang bisa kita berikan. Jika biasanya kita
berasumsi jumlah tsb seperti kecil kalau dulu kita sumbangkan atau donasikan,
ternyata bisa diterima dengan rasa syukur yang tinggi. Bagi kita ada rasa puas
dan nikmatnya bisa mengalahkan jika kita belikan uang tsb sekedar barang
konsumsi yang kita mau. Memberi ternyata tidak perlu harus menunggu sampai
mencapai jumlah atau nilai yang besar. Memberi dari jumlah yang kecil tapi
tepat pada orang yang membutuhkan, ternyata disyukurinya sangat luar biasa. Dan
bagi yang memberi, rasa nikmat dari iklasnya memberi ternyata sangat luar
biasa. Sangat bermanfaat dan berpahala tentunya.
Belum lagi kebiasaan kita menjaga
hygienitas diri sendiri saat ini diperbaiki. Baju harus lebih tertutup dan
jangan banyak terbuka. Badan harus selalu bersih, tangan harus sering dicuci,
disitu jadi jelas betapa pentingnya berwudhu sampai minimal 5x sehari. Kondisi
tubuh juga harus selalu fit maka jangan lupa menjaga kesehatan dan jangan
terlalu capai berlebihan agar daya tahan tubuh selalu prima sehingga imunitas
tubuh tetap prima. Bukan hanya kondisi kesehatan pribadi tapi minimal kondisi
kesehatan seluruh anggota keluarga kita. Berolah raga rutin wajib seluruh
anggota keluarga. Aktifitas berolah raga bersama bisa mempererat juga
komunikasi cair dan rasa kasih sayang diantara keluarga. Luangkan waktu lebih
banyak untuk keluarga, karena ternyata bekerja dari rumah juga bisa kita
lakukan tanpa harus "membuang umur dan energi" di kepadatan jalan
raya. Bahkan mungkin sekarang Anda tersadarkan kalau ternyata Anda bisa
mengerjakan hal pekerjaan baru yang juga menghasilkan, padahal selama ini Anda
berpikir kemampuan bekerja Anda hanya di bidang yang sudah biasa tahunan Anda
lakukan selama ini.
Maka kita yakini, setiap kali Alloh
SWT menetapkan kuasanya pada manusia apalagi dalam skala besar seperti situasi
pandemic ini, maka pasti ada maksud tersirat dan tersurat. Tidak pernah ada
kejadian atau ketetapan Alloh SWT yang sia sia. Maka hendaknya kita harus secara
positif dan berprasangka baik atas situasi ini. Semoga dibalik awan mendung ini
dan di masa depan pasti matahari akan bersinar kembali dengan udara yang lebih
segar dan kita akan menyambutnya dengan semangat baru.
SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar