Selasa, 04 Agustus 2020

BERPRASANGKA BAIK ATAS SITUASI PANDEMIC COVID-19




Ini betul betul tahun yang penuh tantangan. Curhatan senada mengenai kesusahan hidup seperti kena PHK, tidak punya daya beli lagi, dikejar kejar angsuran dan tagihan, rumah, mobil atau motor yang terpaksa harus dilepas ke leasing, anak harus pindah ke sekolah atau kampus yang lebih murah, susah cari kerja ataupun berbisnis, dituntut cerai oleh pasangan, sampai ada rasa putus asa....sampai sejauh mana pengorbanan diperlukan dan sampai kapan cobaan ini akan berakhir. Saat ini mungkin jumlah penduduk atau keluarga mendadak miskin di Indonesia naik 70%  dan rata rata masih usia produktif yang tadinya sangat konsumtif.

Secara pribadi, saat ini saya juga tidak berani gegabah memberikan nasihat ataupun saran karena sayapun termasuk "korban" dari situasi pandemic ini. Dan secara kenyataannya situasi ini memaksa semua orang juga jatuh bangun menghadapi situasi ini. Salah dari mungkin kebanyakan orang yang umumnya adalah, kurangnya persiapan pada saat situasi masih normal. Salahnya pengelolaan keuangan pada saat situasi masih normal dan mungkin pada saat normal bahkan situasi ekonomi Anda masih belum cukup mapan dan solid, sehingga pada saat masih limbung lanjut dipukul jatuh lagi dengan hook covid 19 mengakibatkan Anda terhuyung huyung atau bahkan ada yang menjelang Knock Out. Sebelumnya Anda merasa nyaman dan aman dengan cara Anda menjalani hidup dan mengelola uang karena semua seperti mengalir berputar dari bulan ke bulan. Airnya masih bisa dibagi bagi ke ember ember yang memang harus diisi. Namun begitu sumber uangnya mampet atau pompa airnya rusak, maka semua saluran jadi kering dan sudah tidak ada lagi yang bisa didistribusikan ke ember ember yang harusnya diisi air. Kita tidak punya tangki penampungan air yang cukup atau bahkan tidak punya tangki air sama sekali untuk menyimpan air di saat darurat seperti ini. Maka bencana kekeringanlah yang terjadi.

Situasi ini secara positif harusnya menyadarkan kita semua, bahwa jika kita bisa selamat dari situasi ini maka ada gaya hidup dan kebiasaan kelola uang yang harus kita perbaiki dan rubah secara ekstrim agar kita bisa tetap survive di situasi cobaan berikutnya. Banyak karyawan perusahaan swasta dipecat, sebaliknya yang dagang makanan atau punya kios sembako masih bisa bertahan. Banyak asumsi yang tadinya valid saat ini jadi seperti dimentahkan. Jadi karyawan ternyata bukan situasi yang aman juga. Jadi pedagang atau pengusaha UKM ternyata bukan pilihan mencari nafkah yang terlalu beresiko juga. Tidak ada jenis pekerjaan, situasi hidup dan kestabilan ekonomi yang betul betul aman dan nyaman. Demi keluarga kita, hendaknya dalam upaya menghasilkan uang, kita berusaha seolah olah kita akan mati esok hari, sehingga segala sesuatu yang sifatnya pengeluaran uang harus betul betul kita pikirkan baik baik. Apakah pengeluaran ini perlu atau belum perlu. Apakah ini kebutuhan atau hanya sekedar keinginan. Dan segala sesuatu pengeluaran/investasi  yang sifatnya bisa menghasilkan uang dan bukan hanya dari satu sumber penghasilan, harus kita pertimbangkan untuk jadi prioritas untuk dilaksanakan.

Banyak diantara kita yang bisa survive di situasi ini karena ada bantuan saudara, sahabat  dan teman. Diantara kita saling bantu sedikit sedikit tapi sambung menyambung. Maka betapa kita saat ini menyadari, pentingnya tolong menolong sesama kita disaat pandemic ini. Di masa seperti ini kita menghilangkan keegoisan kita atas apa yang harusnya jadi hak kita. Belajar berempati pada kesusahan kawan kita atau orang lain dan aktif membantu sebisa kita selagi kita masih ada kemampuan ekonomi, mengajarkan bahwa ekonomi bisa dibangun atas dasar ekonomi kerakyatan, tidak usah besar tapi bergotong royong dan saling bantu dari lapisan lapisan kelas masyarakat. Bahwa pada akhirnya kita disadarkan bahwa melihat orang lain bahagia atas sedikit saja bantuan yang bisa kita berikan. Jika biasanya kita berasumsi jumlah tsb seperti kecil kalau dulu kita sumbangkan atau donasikan, ternyata bisa diterima dengan rasa syukur yang tinggi. Bagi kita ada rasa puas dan nikmatnya bisa mengalahkan jika kita belikan uang tsb sekedar barang konsumsi yang kita mau. Memberi ternyata tidak perlu harus menunggu sampai mencapai jumlah atau nilai yang besar. Memberi dari jumlah yang kecil tapi tepat pada orang yang membutuhkan, ternyata disyukurinya sangat luar biasa. Dan bagi yang memberi, rasa nikmat dari iklasnya memberi ternyata sangat luar biasa. Sangat bermanfaat dan berpahala tentunya.

Belum lagi kebiasaan kita menjaga hygienitas diri sendiri saat ini diperbaiki. Baju harus lebih tertutup dan jangan banyak terbuka. Badan harus selalu bersih, tangan harus sering dicuci, disitu jadi jelas betapa pentingnya berwudhu sampai minimal 5x sehari. Kondisi tubuh juga harus selalu fit maka jangan lupa menjaga kesehatan dan jangan terlalu capai berlebihan agar daya tahan tubuh selalu prima sehingga imunitas tubuh tetap prima. Bukan hanya kondisi kesehatan pribadi tapi minimal kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga kita.  Berolah raga rutin wajib seluruh anggota keluarga. Aktifitas berolah raga bersama bisa mempererat juga komunikasi cair dan rasa kasih sayang diantara keluarga. Luangkan waktu lebih banyak untuk keluarga, karena ternyata bekerja dari rumah juga bisa kita lakukan tanpa harus "membuang umur dan energi" di kepadatan jalan raya. Bahkan mungkin sekarang Anda tersadarkan kalau ternyata Anda bisa mengerjakan hal pekerjaan baru yang juga menghasilkan, padahal selama ini Anda berpikir kemampuan bekerja Anda hanya di bidang yang sudah biasa tahunan Anda lakukan selama ini.

Maka kita yakini, setiap kali Alloh SWT menetapkan kuasanya pada manusia apalagi dalam skala besar seperti situasi pandemic ini, maka pasti ada maksud tersirat dan tersurat. Tidak pernah ada kejadian atau ketetapan Alloh SWT yang sia sia. Maka hendaknya kita harus secara positif dan berprasangka baik atas situasi ini. Semoga dibalik awan mendung ini dan di masa depan pasti matahari akan bersinar kembali dengan udara yang lebih segar dan kita akan menyambutnya dengan semangat baru.

SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar